Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sepasang pilar dari marmer tampak perkasa. Tingginya empat meter, diameter satu meter. Di atasnya langit biru dan matahari yang mencorong terang. Di bawahnya lantai Sahara yang cokelat. Pilar ketiga kujumpai rebah, tak jauh dari keduanya. Aku mendekati, lantas mengulurkan tangan. Itulah pilar terdingin yang pernah kusentuh.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo