Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Serba Ruwet Dan Colt Tengu

Kotamadya semarang diperluas. timbul masalah angkutan kota. stasiun jurnatan dipugar menjadi terminal induk. kericuhan terjadi antara pengendara bemo dan daihatsu.

14 Agustus 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEMELUT alat angkutan umum tengah melanda kota Semarang. Hingga kota yang belum 3 bulan terakhir ini jumlah penduduk dan luasnya membengkak itu (TEMPO, 19 Juni 1976), jadi kewalahan. Walikota Hadiyanto yang baru saja menikmati bulan madunya setelah lama mendudaf dihadapkan pada kerepotan yang lumayan memusingkan. Sementara dimekarkan, buruburu ia menetapkan arah perkembangan kota sebagai "pusat pengembangan industri, kota perdagangan dan transportasi". Bisa dimaklumi, bila ia memulai sasaran itu dari bidang transportasi. Sebab luas kota yang semula cuma 100' Km2 lalu jadi 340 Km2 itu menuntut pemenuhan akan kebutuhan tersebut. Lantas dibangunlah sebuah terminal induk. Lumayan megahnya berbiaya Rp 94.700.000, meskipun sebenarnya cuma memugar stasiun lama Jurnatan milik PJKA itu. Kini lebih 100 bis dan rupa-rupa kendaraan bermotor berhimpit-himpitan di sana. Tak berarti kemelut alat angkutan umum dan keruwetan lalulintas mereda. Sebab di jalan-jalan seantero kota suasana semrawut dan simpang-siur kendaraan bermotor makin menjadi-jadi. Terutama kendaraan umum yang sibuk mengeduk penumpang. Karena ketika meninggalkan terminal belum penuh. Maka tak peduli ada larangan Walikota berhenti seenaknya di luar terminal. "Kami mematuhi jam berangkat dari terminal. Tapi kalau bis masih kosong, tak bolehkah kami menghampiri penumpang yang menghadang di tepi jalan?", tukas seorang pengemudi bis. Lagipula calon-calon penumpang tampaknya segan masuk ke terminal, karena mesti membayar Rp 10. Dan mereka menggerutu bahwa Pemda sekarang makin pelit dan komersil. "Masuk terminal bayar, kencing bayar, apalagi mandi", begitu gerutu rata-rata warga Semarang. Saling Serobot Sebelum peresmian terminal di awal Juli lalu, Walikota Kolonel Hadiyanto sempat diberondong kericuhan perkara pick-up Daihatsu dan Bemo. Yang sebabnya, apalagi kalau bukan perkara rebutan penumpang, saling serobot kawasan masing-masing dan pelanggaran-pelanggaran ketentuan Walikota. Belum lama sebetulnya pick-up Daihatsu merajalela di jalan-jalan Semarang. Tapi dengan jumlah 150 buah dan melalui izin Walikota 2 Juni lewat SK-nya kendaraan bercat merah yang dijuluki colt tengu (sejenis kutu yang gatal) cepat sekali menyaingi sekitar 500 - 600 bemo yang sudah lama beroperasi -- yang kebanyakan sudah tua, buatan 1961. Meskipun ada ketentuan antara lain menyebut bahwa Daihatsu yang bertulisan Kodya Dati II Semarang dan mengesankan milik Kodya padahal kabarnya perseorangan dan pejabat -- cuma boleh beroperasi terbatas. Yaitu di trayek-trayek yang belum dijalani bemo. Penumpang maksimum 7 orang (sama dengan jumlah penumpang bemo ) tanpa kernet. Toh, sang Daihatsu masih bebas keluyuran. Atau melayani carter ke mana saja. Hingga pernah terjadi perkelahian memperebutkan penumpang antara supir bemo dan Daihatsu. "Sebetulnya Daihatsu harus berangkat dari terminal dengan penuh, lantas tak boleh menggaet penumpang di tengah perjalanan dalam kota. Itu bagian bemo, tutur seorang pengemudi bemo. Dan meski sudah ada pertemuan dan kesepakatan mesti menertibkan diri masing-masing, 23 Juli lalu, kemelut tetap beerlangsung. Pertemuan itu diadakan oleh para pengusaha, pengemudi bemo dan Daihatsu, pimpinan Organda. DLLAJR, Kepala Terminal, Ketua FBSI Cabang Semarang, yang tak diragukan amay berkepentingan. Apalagi Mayor Suprapto yang mewakili walikota, berkata lantang: " Yang tidak mematuhi aturan akan ditndak tegas." Begitukah?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus