KARIER militer Sarwo Edhie Wibowo dimulai saat belia. Pada usia 15 tahun, di tengah deru pendudukan Jepang, dia nekat mendaftar menjadi prajurit heiho. Perang kemerdekaan mempertemukan Sarwo dengan Ahmad Yani, yang juga berasal dari Purworejo. Sejak itu, keduanya amat dekat. Terbunuhnya Yani pada 30 September 1965 memukul Sarwo.
Rangkaian peristiwa sepanjang 1965-1966—pembubaran PKI dan pergantian presiden—melambungkan nama Sarwo Edhie, sekaligus menjadi titik balik perjalanan hidupnya. Karena dinilai terlalu keras menyudutkan barisan pendukung Sukarno, dia disingkirkan ke Medan, Sumatera Utara, kemudian ke Papua. Jabatan militer terakhirnya "hanya" Gubernur Akademi Militer di Magelang. Tapi, di semua pos itu, Sarwo Edhie tetap bersinar, lantang, keras, tanpa kompromi.