Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Sister Village Percepat Evakuasi Korban Erupsi Merapi

Konsep persaudaraan antar-desa atau sister village di Kabupaten Boyolali kini telah melibatkan sebanyak 17 desa.

28 April 2017 | 05.26 WIB

Warga berbondong-bondong membawa aneka macam sesaji menuju makam Gunung Sari untuk melakukan Ritual Tungguk Tembakau di Lereng Gunung Merapi-Merbabu, Desa Senden, Boyolali, Jawa Tengah, 3 Agustus 2016. TEMPO/Bram Selo Agung
Perbesar
Warga berbondong-bondong membawa aneka macam sesaji menuju makam Gunung Sari untuk melakukan Ritual Tungguk Tembakau di Lereng Gunung Merapi-Merbabu, Desa Senden, Boyolali, Jawa Tengah, 3 Agustus 2016. TEMPO/Bram Selo Agung

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Boyolali - Diinisiasi sejak pertengahan 2016, konsep persaudaraan antar-desa (sister village) di Kabupaten Boyolali kini telah melibatkan sebanyak 17 desa. “Sister village dapat mempercepat proses evakuasi warga dari kawasan rawan bencana (KRB) erupsi Gunung Merapi ke desa yang aman,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali, Bambang Sinung Harjo, saat ditemui Tempo seusai acara peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional di Alun-alun Boyolali pada Rabu, 26 April 2017.

Bambang mengatakan, sister village adalah konsep yang mempererat tali persaudaraan antara sejumlah desa di lereng Merapi wilayah Kecamatan Selo, Cepogo, dan Musuk, dengan desa-desa di dataran rendah di Kecamatan Ampel, Mojosongo, Boyolali. Ada beberapa faktor yang menjalin terwujudnya sister village, mulai dari interaksi antar-pedagang sayur hingga pernikahan antar-warga desa.

Baca juga:
Kampoeng Wisata Organik di Lereng Merapi Boyolali


Sebanyak 17 desa yang telah mengikat persaudaraan itudi antaranya seperti Desa Jrakah di Selo dengan Desa Karanggeneng di Boyolali, Desa Lencoh di Selo dengan Desa Kembang di Ampel. Sister village juga terjalin antar-kabupaten seperti Desa Tlogolele di Selo Boyolali dengan Desa Sawangan di Kabupaten Magelang. “Karena dua desa itu jaraknya berdekatan,” kata Bambang.

Dengan adanya sister village, Bambang berujar, proses evakuasi warga di kawasan rawan bencana erupsi Merapi bisa berlangsung lebih cepat. Sebab, saudara desanya yang berada di wilayah aman dapat segera menyiapkan kantor desa hingga rumah sebagian warganya untuk menampung pengungsi. “Sister village ini sifatnya murni kemanusiaan, saling tolong-menolong,” ujar Bambang.

Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Boyolali, Siti Munjiati, konsep sister-village terbentuk dari pengalaman pada erupsi Merapi 2010. “Pada masa itu pos pengungsian terpencar-pencar sehingga menyulitkan proses koordinasi. Sementara BPBD Boyolali juga baru terbentuk pada 2012,” kata Siti.

Selain di Boyolali, Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional juga diperingati di Kabupaten Klaten dan Magelang yang juga berbatasan dengan Gunung Merapi. “Besok 27 - 28 April ada penandatanganan Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah dengan Bupati Boyolali, Klaten, dan Magelang, terkait rencana kontingensi Gunung Merapi. Pada intinya seputar kerja sama dalam mitigasi bencana,” kata Bambang.

Di Kabupaten Klaten, Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional diperingati dengan upacara di Desa Ngawonggo, Kecamatan Ceper. “Selain berfokus dalam penyelamatan warga, Pemkab Klaten juga menyiapkan lahan seluas sembilan hektare untuk shelter ternak di Desa Panggang, Kecamatan Kemalang,” kata Kepala BPBD Klaten, Bambang Giyanto.

DINDA LEO LISTY

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dian Andryanto

Dian Andryanto

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus