Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KERNET mana yang tidak suka menggandul di pintu mobil yang melaju, sambil mulutnya teriak-teriak? Tapi di Semarang, ulah para kernet rupanya dianggap keterlaluan. Menarik-narik tangan calon penumpang perempuan, misalnya, atau menepuk-nepuk pantatnya. Dan kalau kebelet buang air kecil, terus saja berdiri di tempat mobil berhenti currr .... Begitulah penilaian Sersan Mayor (Pol.) Kadaroesman 37, Kepala Unit Pendidikan Masyarakat Satuan Lalu Lintas Poltabes Semarang. Maka, pihaknya segera melancarkan Operasi Bina Candi II, mulai bulan lalu. Petugas disebar di pos-pos penjagaan dan halte. Kernet yang sembrono, kalau ketahuan, ditindak. Hari pertama saja 43 orang terjaring, dan digiring ke Lapangan Olah Raga Kalisari. Di sana mereka disuruh duduk melingkar, mendengarkan ceramah sopan santun oleh seorang Polwan. Kemudian satu per satu maju untuk menghafalkan Pancasila. Dilanjutkan dengan menyanyikan lagu perjuangan. Malah ada pula joget bersama, dan penandatanganan sumpah setia. Lho, kok tidak sopirnya saja ditilang? "Masa kernetnya yang salah, sopirnya yang ditilang," jawab Kadaroesman. Suasana kota memang jadi lebih tertib. Mungkin saja para penumpang senang, meski di pihak kernet ada keluhan. "Kesopanan orang jalanan, seperti kami ini, sebetulnya tidak bisa diukur dengan kesopanan pelayan hotel," kata Nur Samsi, kernet berumur 19 tahun. Kedongkolan lulusan SD itu disambut oleh Sopir Suhadi. "Susah mencari setoran kalau kernet harus bisu," katanya. Soalnya, ada saingan dari armada angkutan gelap yang jumlahnya tak kurang dari 300 mobil. Apa daya. Bukankah di lapangan terbuka itu, di bawah terik matahari, para kernet dalam sikap sempurna - sudah secara serempak mengucapkan sumpah setia? "Mulai hari ini, kami, tidak akan berteriak-teriak, mencari penumpang! Akan berlaku sopan terutama, kepada penumpang wanita! Tidak akan, menurunkan penumpang, di sembarang tempat! Tidak nggandul .... Bila melanggar sumpah ini, kami ...."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo