Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Berita Tempo Plus

Sriwedari Meniti Sep

ANAK-ANAK wayang Sriwedari kini memeluk hari-hari nan sepi. Setiap malam cuma belasan orang yang menonton pertunjukannya. Kondisi yang memelas dialami pula oleh Ketoprak Balekambang, yang juga mangkal di Kota Solo. Buat menutupi ongkos hidup, pemainnya mesti bekerja sambilan, bahkan ada yang jadi tukang becak. Diperlukan terobosan untuk mengembalikan kejayaan kesenian tradisional. Tapi bagaimana jika kreativitas pemainnya telah terlindas oleh beban hidup sehari-hari?

4 Mei 2003 | 00.00 WIB

Sriwedari Meniti Sep
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

DI belakang kelir, para pemain wayang orang, laki-laki dan perempuan, tak berhenti memoles diri. Sambil memegang cermin kecil, mereka asyik menebarkan pupur di pipi atau mengoleskan gincu ke bibir. Karena sudah terbiasa menghias diri selama bertahun-tahun, anak-anak wayang ini tak memerlukan penata rias. Saat menatap wajah di cermin, harapan mereka seperti harapan hari-hari sebelumnya: mendapat tepukan meriah dari penonton yang berjibun.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus