Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
DI belakang kelir, para pemain wayang orang, laki-laki dan perempuan, tak berhenti memoles diri. Sambil memegang cermin kecil, mereka asyik menebarkan pupur di pipi atau mengoleskan gincu ke bibir. Karena sudah terbiasa menghias diri selama bertahun-tahun, anak-anak wayang ini tak memerlukan penata rias. Saat menatap wajah di cermin, harapan mereka seperti harapan hari-hari sebelumnya: mendapat tepukan meriah dari penonton yang berjibun.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo