Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Warga Kompleks Studio Alam Indah, Sukmajaya, Kota Depok, memiliki cara agar tetap memperhatikan aturan untuk mencegah penularan Covid-19.
Berkebun, yang awalnya sekadar hobi, saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi warga perumahan Studio Alam Indah.
Warga dapat memenuhi kebutuhan pangan dari hasil kebun.
DEPOK – Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) yang melanda Indonesia belum menunjukkan tanda-tanda akan melandai. Masyarakat menjadi jenuh dengan keadaan ini. Akhirnya, tidak sedikit dari mereka yang mengabaikan protokol kesehatan meski berisiko tertular virus ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Cara unik dilakukan oleh pengurus lingkungan Kompleks Studio Alam Indah, Sukmajaya, Kota Depok, agar warga tetap memperhatikan aturan untuk mencegah penularan Covid-19. Salah satunya adalah mengkampanyekan kebiasaan berkebun. “Cara ini mampu mengelola kejenuhan sehingga warga betah berada di rumah,” kata Anis Hidayah, ketua lingkungan Kompleks Studio Alam Indah, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anis Hidayah mengatakan kegiatan berkebun ini sebenarnya sudah berjalan sejak 2019 dengan nama Rumah Organik Studio Alam Indah (Rosai). Saat itu, warga mengikuti kegiatan ini hanya untuk mengisi waktu luang. Namun, setelah pandemi muncul, kegiatan ini justru menjadi sebuah kebutuhan. “Covid-19 membuat kita terganggu secara psikologis. Karena itu, kami mulai mengkampanyekan kembali kegiatan di kebun masing-masing,” kata Anis.
Berkebun membutuhkan kreativitas dan ketelatenan. Apalagi tanaman yang dibudidayakan adalah jenis organik. Mereka yang menggeluti kegiatan ini tentu harus mencari cara agar tanaman bisa tumbuh subur sesuai dengan harapan. “Kesibukan ini membuat imunitas dapat dikelola dengan baik karena badan dan pikiran terus bergerak meski berdiam di rumah,” kata Anis.
Ketika pandemi muncul pada Maret lalu, lingkungan tempat tinggal Anis sempat menjadi sorotan. Sebab, tiga warga di perumahan itu terkonfirmasi sebagai pasien positif Covid-19 pertama di Indonesia. Penghuni perumahan yang lain menjadi panik karena pemberitaan di media massa datang secara bertubi-tubi.
Menurut Anis, saat itu dia benar-benar kebingungan untuk menenangkan warganya. Suaminya, yang menjabat ketua rukun tetangga (RT), harus menjawab rentetan pertanyaan warga. Beruntung, ketegangan itu segera mereda seiring dengan pulihnya tiga pasien pertama itu.
Berkebun, kata Anis, menjadi salah satu upaya untuk memulihkan kesehatan mental warganya. “Sekarang warga tidak lagi panik menghadapi wabah,” katanya. Selain itu, kegiatan ini memberikan dampak positif dalam segi ketahanan pangan. “Memang sebenarnya (berkebun) ini pemberdayaan. Seandainya ada kebijakan lockdown total, mungkin kami yang paling siap karena masing-masing dari kami sudah berkebun.”
Yuliati, warga Kompleks Studio Alam Indah, mengatakan sudah jarang membeli sayuran karena hasil kebunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Tidak jarang juga ia membagikan hasil kebunnya kepada para tetangga.
Sebelum pandemi muncul, perempuan 60 tahun itu lebih sering menghabiskan waktu bersama suami untuk berjalan-jalan. “Saya dan suami traveling ke mana saja. Semenjak pandemi ini, ya, harus di rumah,” katanya. “Gantinya bercocok tanam gini.”
Menurut Yuli, hobi barunya itu benar-benar membuat pikirannya tenang. Ia tidak khawatir tertular Covid-19, karena setiap hari hanya berdiam di rumah. Sebagian besar kebutuhan pangan pun sudah terpenuhi dari kebunnya itu. “Ya, pokoknya kita jadi enggak perlu lagi ke luar rumah,” kata Yuli.
ADE RIDWAN YANDWIPUTRA | SUSENO
Bangkit Bersama
Warga Kompleks Studio Alam Indah, Kota Depok, pernah mendapat tekanan luar biasa ketika wabah Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) pertama muncul pada Maret lalu. Sebab, sejumlah media massa menyebut kompleks itu sebagai episentrum wabah. Stigma negatif itu diberikan lantaran tiga pasien positif Covid-19 pertama tinggal di perumahan itu.
Gara-gara stigma negatif tersebut, transportasi online tidak berani masuk kompleks. Sejumlah penghuni kompleks juga dipulangkan dari kantor karena dikhawatirkan menularkan penyakit kepada rekan-rekan kerja. Saat itu pengetahuan masyarakat tentang Covid-19 masih rendah sehingga terjadi kepanikan.
“Pokoknya terjadi kekacauan luar biasa waktu itu,” kata Anis Hidayah, pengurus lingkungan kompleks, kemarin. “Selama dua pekan, kami survive terutama narasi publik yang sangat stigmatif.”
Saat itu, warga perumahan tidak bisa berharap banyak dari pemerintah. Sebab, dalam kasus pertama itu pemerintah belum memiliki langkah penangan yang terarah. Anis berinisiatif untuk turun tangan membantu warga. Sebagai aktivis hak asasi manusia, ia memiliki pengalaman dalam bidang advokasi. “Ya, kita mengambil inisiatif sendiri, ya, di tingkat RT,” katanya. “Caranya, mengkonsolidasikan kegiatan warga agar bisa (menerapkan) social distancing sekaligus bisa membantu healing.”
Langkah pertama yang dilakukan Anis adalah mengaktifkan kegiatan lingkungan yang sempat terhenti sebelum pandemi muncul. Kegiatan itu antara lain senam pagi dan berkebun. Dalam kegiatan-kegiatan itu, tidak lupa diselipkan materi untuk memahami Covid-19. “Secara bertahap, (upaya ini) memulihkan kondisi sosial warga,” kata Anis.
Anis mengatakan hampir 60 persen warganya tidak lagi lagi ketakutan terhadap Covid-19. “Tadinya kan sesama warga saja takut untuk bertemu. Setelah pelan-pelan diajak guyub dengan bercocok tanam, berbagi hasil panen, dan sebagainya, kini warga bisa bangkit lagi,” kata Anis.
ADE RIDWAN YANDWIPUTRA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo