Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
JUNI 1998. Puluhan orang berkumpul di area teater kompleks Komunitas Utan Kayu, Jakarta Timur. Merekalah orang-orang yang pernah bekerja di Tempo sebelum dibredel empat tahun sebelumnya. Hari itu mereka berhimpun untuk merembukkan nasib ”sang almamater”, Tempo, yang tiba-tiba berpeluang untuk diterbitkan lagi setelah runtuhnya rezim Orde Baru. Di tangan mereka ada secarik kertas putih tempat mereka akan menyatakan pilihan: terbit lagi, atau tidak?
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo