Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Tiga Tahun Setelah Menghuni Rumah Susun

Pemerintah Jakarta memindahkan penduduk di permukiman ilegal ke sejumlah rumah susun. Problem baru muncul: penghuni kehilangan penghasilan sehingga tak mampu membayar uang sewa.

2 September 2019 | 00.00 WIB

Warga rumah susun Rawa Bebek.  TEMPO/Subekti
Perbesar
Warga rumah susun Rawa Bebek. TEMPO/Subekti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

DENGAN ujung dasternya, Yani berusaha menutupi luka bakar sepanjang 40 sentimeter di tangan kirinya. Luka itu ia peroleh setahun yang lalu akibat terburu-buru turun dari tangga lantai empat Rumah Susun Rawabebek di Jakarta Utara ke kios warungnya di lantai dasar. Minyak panas yang ia bawa tumpah dan menyambar lengan kirinya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Selama tiga hari, ia tak berjualan. Pemasukan keluarga perempuan berusia 48 tahun yang berasal dari Muara Baru itu pun seret. Ia terpaksa meminta suaminya meminjam Rp 3 juta untuk menutupi kebutuhan hidup sehari-hari. "Tapi buka warung pun sepi," kata dia, dua pekan lalu. Selama 12 jam Tempo nongkrong di warungnya, memang hanya ada satu-dua pembeli yang datang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Setiap hari, kata Yani, pembeli ke warungnya tak jauh berbeda. Ia kadang membawa naik uang hanya Rp 30 ribu. Uang sebesar itu tak cukup untuk berbelanja kembali barang yang persediaannya kosong. Padahal ia harus menyisihkan penghasilan untuk sewa rumah susun serta bayar listrik dan air. Penghasilan suaminya, sementara itu, tak cukup untuk menutup tambahan kebutuhan keluarga dengan satu anak ini.

Agustinus Banea, suami Yani, bekerja sebagai petugas kebersihan di kompleks perumahan Pluit dengan penghasilan Rp 50 ribu per hari. Upah itu harus ia bagi untuk bensin sepeda motor Rp 15 ribu dan uang makan. Agus tak memakai bus TransJakarta meski gratis karena acap terjebak macet. Ia pernah terlambat masuk kerja hingga dua jam karena jalan menuju tempat kerjanya macet parah. Akibatnya, hari itu ia tak dibayar.

Penghasilan itu tandas untuk makan sehari-hari keluarganya. "Sudah 28 bulan saya menunggak sewa," kata Agus. Di Rumah Susun Rawabebek, penghuni seperti Agus mesti membayar angsuran Rp 10 ribu per hari atau Rp 300 ribu per bulan untuk membayar sewa satu unit rumah susun seluas 21 meter persegi.

Karena Agus menunggak, pernah pengurus rumah susun hendak menggembok unit rumah susunnya. Agus bertahan. Kepada petugas itu, ia mengatakan, "Tolong buatkan rumah untuk kami tinggal. Rumah kami di Muara Baru sudah digusur."

Agus dan Yani pindah ke Rawabebek ketika permukimannya digusur karena pemerintah Jakarta hendak menanggul laut agar tak diterjang rob tiap kali laut pasang. Untuk menambah penghasilan keluarga, Yani membuka kios di lantai dasar. Tak ingin dikenai iuran sewa kios Rp 80 ribu per bulan, Yani menggelar lapak sendiri di tengah-tengah lantai dasar. Tapi itu pun tetap tekor.

Sewaktu di Muara Baru, Yani bekerja sebagai buruh pengupas udang di pasar ikan. Penghasilannya Rp 300 ribu per pekan. Itu cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kendati suaminya tak bekerja, misalnya karena sakit.

Pengakuan Yani diamini pedagang lain, Sri Budiarti. Menurut dia, rumah susun hanya ramai pengunjung jika ada acara kelurahan. Selain hari itu, pengunjung sepi. Sebagai penjual makanan, Sri mengandalkan pembeli dari luar penghuni. "Kalau penghuni mah sama susahnya," kata perempuan 49 tahun ini. Sri menunjuk kios lain yang tutup dan ditempeli stiker merah tanda menunggak iuran.

Asih Sumaretni, Kepala Unit Pengelola Rumah Susun (UPRS) Rawabebek, mengatakan membuka kios dan warung menjadi pekerjaan baru bagi sebagian besar penghuni rumah susun yang berjumlah 3.028 jiwa. "Tidak sedikit yang menganggur setelah pindah ke sini," kata dia. Asih pernah ingin merekrut mereka menjadi petugas kebersihan rumah susun, tapi mereka yang menganggur umumnya tak punya ijazah, minimal sekolah dasar.

Menurut Asih, sebanyak 90 persen, atau 640 keluarga, menunggak iuran bulanan sewa unit rumah susun. Lama tunggakan umumnya 10-20 bulan. Asih membenarkan banyak penghuni yang menganggur dan bekerja serabutan. "Tapi banyak juga yang sakit hati sehingga tak mau membayar," kata Asih. "Susah kalau sudah begitu." ALI NOOR HIDAYAT


Tiga Tahun Setelah Menghuni Rumah Susun

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus