Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Digital

Begini Asyiknya Main Game Journey di PS4

Ini ulasan game Journey yang diluncurkan Juli 2015 lalu. Indie game besutan Thatgamecompany dan Tricky Pixels ini bersandar pada kesederhanaan.

27 September 2015 | 07.32 WIB

Pengunjung memainkan Playstation 4 dalam stan Sony exhibition Gamescom 2013 di Cologne (21/8). Sony telah memiliki lebih dari satu juta di seluruh dunia untuk preorders baru PlayStation 4. REUTERS/Ina Fassbender
Perbesar
Pengunjung memainkan Playstation 4 dalam stan Sony exhibition Gamescom 2013 di Cologne (21/8). Sony telah memiliki lebih dari satu juta di seluruh dunia untuk preorders baru PlayStation 4. REUTERS/Ina Fassbender

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Journey adalah antitesis di dunia game konsol. Saat pasar berlomba menawarkan kemewahan grafis, kompleksitas permainan, dan persaingan sengit untuk menjadi yang terbaik, indie game besutan Thatgamecompany dan Tricky Pixels ini bersandar pada kesederhanaan.

Tempo mencoba memainkan game yang diluncurkan Juli 2015 itu, pekan silam, di konsol PlayStation 4. Tanpa embel-embel setting dan pilihan di tampilan awal, cerita mengalir sonder sepatah kata pun, baik teks maupun suara.

Tiada penjelasan soal siapa tokoh protagonis dan apa misinya. Sosok berjubah cokelat itu terbangun dari duduknya di tengah padang pasir dan di kejauhan terbentang gunung yang menjulang menantang langit. Cahaya terang berpendar di celahnya.

Baca:
Hotel Transylvania 2: Lebih Kocak Dibanding yang Pertama
Kabut Asap, 6 Kota di Indonesia dalam Kondisi Level Bahaya

Bahkan, orang yang belum pernah memainkan satu video game pun seumur hidupnya akan menangkap sinyal: gunung itu arah perjalanan kita. Satu-satunya instruksi yang pemain dapatnya sepanjang permainan adalah fitur tilt alias memiringkan joystick untuk mengubah sudut kamera yang menyorot lakon tanpa nama tersebut. Sisanya, cari tahu sendiri. Ini menjadi fenomena langka di zaman semua game menjelaskan setiap langkah jagoannya.

Toh, kita tidak akan terjebak dalam kebingungan, karena cara mengontrol mahkluk berjubah itu sederhana. Selain pergerakan lewat analog stick, hanya berlaku dua tombol, yaitu X untuk melompat dan O untuk memancarkan energi serta berinteraksi dengan alat-alat.

Lompatan menjadi kunci dalam permainan ini. Daya lontar dan kemampuan melayang horizontal pemain ditentukan oleh energi yang tertera di scarf¬—yang memanjang setelah menyentuh simbol-simbol yang terserak di sudut-sudut tersembunyi. Scarf menjadi kosong seusai setiap lompatan dan kembali terisi saban melewati rumpun-rumpun pita sumber energi. Bermodal kemampuan itu, sang tokoh berjubah melewati semacam reruntuhan peradaban kuno di gurun pasir, bawah tanah, dan hamparan salju.

Kekuatan utama Journey ada di multiplayer. Kita bisa berpapasan dengan pemain lain yang memainkan game ini pada saat bersamaan. Ketimbang bersaing atau bunuh-bunuhan seperti pada game lain, Journey menganjurkan kerja sama. Kita memang bisa saja melengos dan memilih berjalan sendiri. Tapi, percayalah, beriringan dengan kawan membawa banyak manfaat, mulai dari energi yang terus terisi sampai diberi tahu oleh pemain lain saat dia menemukan jalan.

Baca:
TRAGEDI MINA: Pesan Terakhir Sugeng Sebelum ke Mekah
Pelatih Borneo FC Ungkap Penyebab Kekalahan atas Persib

Interaksi itu berlangsung tanpa komunikasi, tanpa kesempatan mengirim pesan teks dan bicara via mikrofon. Kita bahkan tidak mengetahui username mereka. Di PlayStation 4, fitur kerja sama multiplayer ini diusung oleh game Bloodborne (dirilis Maret 2015). Bedanya, di game bikinan FromSoftware itu, kooperasi berlangsung dalam waktu terbatas dan butuh item langka untuk memanggil bantuan. Sementara itu, di Journey, kita bisa terus barengan teman yang pertama kita temui.

Perjalanan ini berlangsung secara real time. Artinya, tidak ada kesempatan pause—fitur yang tersedia sejak Atari memulai era video game di 1970-an. Saat kita memijit option, misalnya, karena kebelet pipis, si lakon hanya terduduk, sementara permainan jalan terus. Jika teman kita tidak sabar menunggu, pergilah dia. Ketika terpisah seperti itu—dan itu kemungkinan saat terakhir kita bersamanya—akan muncul perasaan kehilangan yang janggal.

Kita baru “diperkenalkan” oleh rekan-rekan seperjuangan itu di akhir permainan. Kredit akhir membawa kita ke tempat-tempat yang kita lalui dan, hampir pasti, membuat kita termenung. Saat itu, emosi kita makin campur aduk berkat alunan selo dan string yang mendapat nominasi Grammy Award 2013.

Versi awal Journey dirilis pada pertengahan 2012 di PlayStation 3 dan menyabet Game of The Year. Polesan di PlayStation 4 membuat permainan itu mengalir lebih halus pada 1.080 piksel dan 60 frame per second. Format DVD-nya diluncurkan awal Oktober mendatang.*

l PLAYSTATION | GAMESPOT | REZA MAULANA


Journey
Platform    : PlayStation 3, PlayStation 4
Pengembang    : Thatgamecompany, Tricky Pixels
Penerbit    : Sony Computer Entertainment
Sutradara    : Jenova Chen
Harga        : Sekitar Rp 219 ribu
Batasan usia    : Semua umur

Penilaian
    Positif                      
(+) Grafik yang mewah.                 
(+) Permainan sederhana, bisa dimainkan siapa saja.   
(+) Soundtrack kelas Grammy Award.
(+) Fitur kerja sama yang menyenangkan.

 Negatif
(-) Permainan singkat, sekitar dua jam.
(-) Minim hal baru saat memainkan ulang.

Simak juga:
Hadir November, Harga Samsung Oculus Gear VR Turun Setengah
Laga Hidup-Mati, Cristian Gonzales Ingin Arema Agresif


 


 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MC Nieke Indrietta Baiduri

MC Nieke Indrietta Baiduri

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus