Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Digital

Guru Besar Unair Tanggapi Fenomena AI Gantikan Psikolog

Survei Snapcart pada 2025 menunjukkan bahwa 58 persen responden dari Indonesia mempertimbangkan AI sebagai psikolog mereka.

16 Mei 2025 | 19.18 WIB

Ilustrasi kecerdasan buatan AI. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi kecerdasan buatan AI. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Surabaya - Salah satu perkembangan kecerdasan buatan (AI) adalah penggunaan AI untuk konsultasi psikologi. Psikolog dari Universitas Airlangga (Unair), Prof. Nurul Hartini, pun memberikan tanggapannya terhadap fenomena itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Nurul mulanya menanggapi survei Snapcart pada 2025 yang menunjukkan bahwa 58 persen responden dari Indonesia mempertimbangkan AI sebagai psikolog mereka. Menurut dia, ada dua hal yang melatarbelakangi hal itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Selain kendala biaya yang mahal ke psikolog, AI juga dinilai dapat menjaga privasi,” kata Nurul lewat keterangannya, Jumat, 16 Mei 2025.

Nurul mengatakan AI memang kerap dimanfaatkan untuk mencari istilah atau gejala dari suatu kesehatan mental. Pada titik ini, AI masih menjadi solusi yang tepat. 

Namun, menurutnya, konsultasi psikologi sebaiknya tetap bersama psikolog profesional, karena penanganannya membutuhkan pendekatan secara emosional. Terlebih, AI pada dasarnya hanya sebuah mesin, sehingga sangat mungkin jawaban AI tidak benar karena tidak memahami situasi dan kondisi orang yang dihadapi.

“AI tidak memiliki sisi humanisme yang dibutuhkan seseorang ketika ingin menyelesaikan masalah mental. Oleh karena itu, tahap intervensi dalam kesehatan mental tetap harus dilakukan oleh manusia,” kata Guru Besar Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental itu.

Tanda Seseorang Membutuhkan Bantuan Psikolog Profesional

Nurul menjelaskan tanda-tanda seseorang membutuhkan bantuan psikolog profesional. Pertama, orang itu mengalami distress. Hal ini ditandai saat seseorang merasa tidak dapat berpikir jernih dan emosi tidak stabil.

Kedua, seseorang melakukan sesuatu yang menyimpang. Misalnya, menyakiti diri sendiri, melukai orang lain, hingga menjauhi norma masyarakat. Pada tahap ini seseorang harus menemui psikolog, alih-alih meminta bantuan AI. “Semakin tandanya muncul lebih dari satu, maka harus segera ke psikolog,” ujar Nurul.

Masa Depan Psikolog dan AI

Nurul menyadari bahwa peran AI tidak dapat terhindarkan. Namun, perlu adanya pemanfaatan yang bijak agar AI bisa memaksimalkan pelayanan oleh psikolog kepada mereka yang membutuhkan.

Selain itu, Nurul menilai bahwa profesi kesehatan fisik, psikologis, dan sosial sangat sulit tergantikan oleh AI. “Sebab profesi ini memang ada transfer knowledge, emosi, dan psikomotor yang akan sangat sulit tergantikan oleh AI,” pungkasnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus