Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan meneken perintah eksekutif terhadap aplikasi media sosial. Pejabat Gedung Putih mengungkap itu sehari setelah Trump mengancam menutup platform yang ditudingnya tak memberi ruang kepada suara konservatif.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pejabat yang berbicara kepada wartawan yang menyertai perjalanan Trump dari Florida ke Washington menumpang Air Force One, Rabu 27 Mei 2020, itu tak memberi keterangan lebih detil. Tapi, sebelum meninggalkan Flrorida, Trump kembali menuding Twitter Inc dan perusahaan aplikasi media sosial lainnya telah bias terhadap kalangan konservatif. Namun Trump tak menyertakan buktinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Belum jelas bagaimana Trump bisa merealisasikan ancamannya itu, menutup media sosial yang dimaksudnya. Ini karena amandemen pertama dari Konstitusi Amerika Serikat membatasi presidennya untuk bisa mengatur platform media sosial.
Twitter, saat diminta tanggapannya atas rencana Presiden Trump, menolak berkomentar. Raksasa media sosial lainnya, Facebook dan Google, juga memilih tak memberi pernyataan dengan tergesa-gesa.
Terpisah, majelis hakim di Mahkamah Konstitusi Amerika di Washington pada hari yang sama menolak gugatan kelompok konservatif terhadap Google, Facebook, Twitter, dan Apple untuk tuduhan berkonspirasi menekan pandangan politik dari kelompok mereka.
Perselisihan terbaru Trump dengan perusahaan media sosial muncul pada Selasa setelah Twitter untuk pertama kalinya memberikan peringatan pada beberapa unggahan Trump. Platform itu mendorong pembaca untuk memeriksa fakta mengenai unggahan yang diklaim sang presiden.
Twitter menunjuk (tagged) klaim Trump tentang electronic voting dengan metode mail-in voting. Berdasarkan hasil cekfakta, sang presiden dianggap keliru menyatakan bahwa surat suara di mail-in voting akan menuntun kepada kecurangan dan para memilik suara yang tidak sah.
Trump marah besar atas peringatan Twitter. "Partai Republik merasa bahwa Platform Media Sosial telah benar-benar membungkam suara-suara konservatif. Kami akan sangat mengendalikan mereka, atau bahkan menutupnya, untuk mencegahnya," cuit balasan Trump dalam akun Twitter resminya.
Trump, pemilik lebih dari 80 juta pengikut di platform itu menambahkan cuitannya: "Clean up your act, NOW!!!!"
Ancaman Trump itu tak pelak mengguncang saham Twitter dan Facebook pada Rabu. Ancaman itu memang yang terkiat dari yang menyertai perselisihan antara kelompok konservatif dengan Big Tech selama ini.
Pada tahun lalu, Gedung Putih sebenarnya telah menyodorkan draf perintah eksekutif tentang anti bias konservatif, namun tak mendapat dukungan. Asosiasi Internet, termasuk Twitter dan Facebook di dalamnya, membantah kalau plaform online bias politik. Sebaliknya, mengaku menawarkan, "lebih banyak orang kesempatan untuk didengar."
REUTERS | FOX NEWS