Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta- CEO dan Co-Founder Nodeflux Meidy Fitranto menjelaskan bahwa teknologi face recognition yang dikembangkan Nodeflux berbeda dengan yang dipasang pada smartphone.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Perbedaannya dengan yang di smartphone itu, di smartphone jenis face recognition-nya adalah 1:1 atau one-to-one, perbandingan 1 image input dengan 1 image reference. Dalam implementasi engine kita ada yang 1:1 dan 1:M atau one-to-many," ujar Meidy, Rabu, 18 September 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Nodeflux merupakan penyedia vision Artificial intelligence (AI), pembuat mesin yang bisa melakukan interpretasi visual layaknya manusia. Salah satunya membuat solusi face recognition.
Face recognition sendiri merupakan metode pengenalan wajah, dengan konsep membandingkan wajah input versus wajah referensi. Secara arsitektur, kebanyakan face recognition menggunakan deep learning, yang merupakan bagian metode pembelajaran mesin berdasarkan jaringan saraf tiruan.
"Di smartphone, secara aplikasi diperuntukkan hanya untuk smartphone. Dalam implementasi engine kami, bisa untuk beragam implementasi, seperti CCTV, Webcam, Smartphone, Smart Glass, dan lainnya," kata Meidy.
Face recognition dibuat dengan cara melihat distance ataupun tingkat kemiripan. Untuk proses pengenalan wajah, kata Meidy, dimulai dari pendeteksian muka, normalisasi, lalu compare.
Menurutnya, secara produk, teknologi face recognation merupakan proses riset and development berkelanjutan yang terus dilakukan Nodeflux. "Smartphone hanya untuk single shot. Nodeflux bisa untuk single shot atau snapshot, bisa juga untuk stream yang mengalir, seperti cctv contohnya, yang membutuhkan komputasi yang tinggi," tutur Meidy.