Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Jepang, telepon seluler disulap menjadi osaifu keitai alias ponsel dompet. Di Indonesia, telepon ini disulap lebih hebat lagi: jadi pembantu rumah tangga dan pengasuh bayi. Tidak percaya?
Kalau tak yakin, tanyakan kepada Bagus Putra Irianto dan Yan Paristama. Bagus adalah pembuat Pembantu Elektronik yang menjadi juara pertama lomba rancang hardware berbasis ponsel ”Indosat Wireless Innovation Contest 2006”. Yan bersama enam temannya di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 26 Jakarta menciptakan Pengasuh Bayi Elektronik yang menyabet tempat kedua kontes yang berlangsung pertengahan November lalu.
Ide membuat pembantu elektronik terlintas di kepala pemuda berumur 20 tahun asal Jombang, Jawa Timur, itu setelah melihat betapa susahnya memantau rumah ketika sedang di-tinggal pergi, terutama soal keamanan. Dengan bekal keterampilan mengutak-atik perkakas elektronik yang diperoleh di SMK Negeri 3 Jombang, Bagus mengolah konsep pembantu elektronik. ”Sudah tak terhitung lagi berapa kali salahnya,” katanya kepada Tempo.
Belum lagi halangan lain. Di Jombang susah betul mendapat komponen elektronik yang diperlukan. Meski demikian, semangatnya tak gampang patah. Walhasil, dia berburu alat ke Surabaya. Sekitar tiga bulan, kelar sudah pembantu elektronik itu.
Perkakas ini bisa melakukan banyak hal, menyalakan dan mematikan lampu, mematikan pompa air, hingga mengendus kebocoran gas. Bila sensor mengendus bau gas, pengontrol mikro akan memerintahkan perkakas membunyikan rekaman suara yang disimpan dalam pemutar cakram. Perkakas akan meraung-raung dan kebakaran pun dapat dicegah.
Dia juga bisa berfungsi laiknya penjaga rumah. Bila ada yang menerobos pintu atau jendela saat penghuni pergi, perkakas ini akan langsung memerintahkan ponsel mengirim pesan peringatan ke pemilik rumah. Ia bahkan memberi tahu dari pintu atau jendela mana pencuri menerobos masuk.
Pengasuh bayi buatan Yan dan kawan-kawannya tak serumit pembantu elektronik versi Bagus. Pengasuh elektronik ini dibuat dengan rangkaian elektronik sederhana. Alasan Yan, ”Kami tidak mau biayanya mahal dan bikin repot orang tua.” Ongkos yang dikeluarkan hanya Rp 70 ribu.
Dengan modal cekak, perkakas ini sudah lumayan, bisa menjadi pengawas si kecil jika ngompol atau menangis dan, secara otomatis, menelepon ibunya. ”Kalau ada biaya, bisa saja dibuat streaming video dari si bayi ke ponsel ibunya,” kata Yan, 17 tahun. Intinya, banyak hal bisa dilakukan oleh telepon seluler.
Sapto Pradityo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo