Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Berdasarkan laporan Ericsson Mobility Report, total jumlah layanan data seluler pada kuartal 3 2018 mencapai 7,9 miliar. Laporan tersebut menyebutkan bahwa Indonesia memiliki pelanggan data seluler terbesar ketiga di dunia.
Baca: Data Pelanggan Seluler Bocor saat Registrasi, Jawaban Rudiantara?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Pada kuartal 3 2018, memiliki penambahan pelanggan baru sebesar 120 juta. Terbesar masih dimiliki oleh Cina karena pertumbuhannya yang pesat dengan penambahan 37 juta pengguna. Indonesia memiliki penambahan 13 juta di posisi ketiga," ujar Head of Network Solutions Ericsson Indonesia Ronni Nurmal di Jakarta, Kamis, 20 Desember 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pada kuartal 3 2018 juga mengalami pertumbuhan trafik layanan data hingga mencapai 79 persen dari tahun ke tahun, dan hal itu merupakan pertumbuhan tertinggi sejak 2013. Di Asia Tenggara dan Oceania, tidak termasuk India dan Cina, penggunaan WCDMA dan HSPA masih menjadi teknologi yang dominan.
Data tersebut menyebutkan bahwa terdapat 48 persen dari seluruh pelanggan data seluler yang menggunakan WCDMA dan HSPA. Namun, langganan LTE tumbuh hingga 70 persen selama 2018 dan mewakili pangsa pasar 26 persen.
"Pertumbuhan LTE akan terus meningkat hingga mencapai 63 persen dari keseluruhan langganan pada 2024 di wilayah tersebut," tutur Ronni. "Pertumbuhan trafik layanan data pada smartphone aktif akan semakin kuat, dari 3,8 gigabita (GB) setiap bulan, diperkirakan akan menjadi 19 GB setiap bulannya pada 2024."
Menurut data analisis Ericsson yang berasal dari App Annie 2018, rata-rata konsumsi data seluler per bulan di Indonesia menunjukkan peningkatan. Persentase penggunaan yang mengonsumsi lebih dari 10 GB data per bulan telah meningkat 12 persen pada Oktober 2017 menjadi 26,8 persen pada Oktober 2018.
"Peningkatan paling besar adalah penggunaan aplikasi seperti WhatsApp meningkat 153 persen, YouTube 111 persen, Instagram 41 persen dan Facebook 30 persen. Selain itu, lebih banyak penggunaan konten video juga menjadi pendorong utama konsumsi data di Indonesia," kata Ronni.