Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Apa yang Anda harapkan dari seri game yang berusia 36 tahun? Jika menginginkan rasa yang pernah ada alias nostalgia, Anda tidak akan mendapatkannya di Final Fantasy XVI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dirilis secara global pada Kamis, 22 Juni 2023, game eksklusif PlayStation 5 tersebut merupakan seri terbaru dari Final Fantasy, game yang ikut mempopulerkan genre role playing game (RPG)sejak 1987.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Final Fantasy XVI membawa penggemar lama memasuki dunia yang kelam, penuh cipratan darah, dan diselipi adegan percintaan. Lakon utamanya pun berusia 30-an, dianggap bandit, dan kerap melontarkan umpatan jorok. Tema-tema tersebut tak ada di seri-seri terdahulu, wabilkhusus Final Fantasy XV (2016) yang ceritanya berangkat dari road trip geng remaja anak sultan--seperti seri Grand Theft Auto. Final Fantasy tak memiliki hubungan cerita antar seri.
Final Fantasy XVI berlatar dunia fiksi, Valisthea, yang terdiri atas enam kerajaan. Mereka saling berperang memperebutkan mothercrystals, sumber daya alam yang menjadi sumber energi utama kehidupan masyarakat--bayangkan minyak dan gas di dunia kita. Kerajaan-kerajaan itu juga saling klaim ruang hidup yang makin sempit akibat blight, wabah yang membuat banyak wilayah mengalami kekeringan total--bayangkan perubahan iklim di dunia kita.
Masing-masing kerajaan punya Dominant, orang pilihan yang bisa menjelma menjadi monster raksasa laksana kaiju di komik Jepang. Eikon, sebutan bagi mahluk astral berkekuatan super itu, menjadi kartu truf dalam setiap peperangan--bayangkan senjata pemusnah massal di dunia kita.
Sebagian warga Valisthea adalah bearer, manusia yang terlahir dengan kemampuan sihir sehingga tak membutuhkan crystals sebagai sumber energi. Mereka menempati kasta terbawah di masyarakat, kerap dipersekusi, bahkan dibunuh tanpa alasan--bayangkan perlakuan bagi kaum minoritas di dunia kita.
Nuansa Game of Thrones di Final Fantasy XVI
Nuansa Game of Thrones di Final Fantasy XVI
Pertarungan antar Eikon, raksasa dengan kekuatan super, menjadi adegan yang dinanti pemain. (PS5)
Dalam wawancara dengan Eurogamer, Naoki Yoshida, produser Final Fantasi XVI, mengatakan seiring pertambahan usianya, dia kian menyukai kisah fantasi yang berdasarkan pada kenyataan. Dia menonton juga membaca Game of Thrones dan menganggap karya George R.R. Martin itu menggambarkan dunia saat ini
Yoshida pun ingin Final Fantasy XVI memiliki rasa seperti Game of Thrones. Dia bahkan mewajibkan 30-an anggota inti game ini membeli boxset dan mengkhatamkan serial yang terdiri atas 73 episode itu. Maka, hadirlah game dengan setting Eropa abad pertengahan yang dipenuhi perebutan kekuasaan lewat kekerasan, pengkhianatan, dan ketamakan.
Sebaliknya, ada juga perjuangan sekelompok kecil orang untuk mengubah dunia menjadi lebih baik, meski peluang keberhasilannya nyaris tak ada. Game dengan sisipan adegan penyiksaan, telanjang, bunuh diri, dan prostitusi ini mendapat rating M alias hanya boleh dimainkan orang dewasa.
Penggemar Game of Thrones dengan cepat bisa mengenali banyak persamaan karakter di Final Fantasy XVI dengan serial favorit mereka. Mulai Annabella Rosfield dengan Ratu Cersei, sampai Torgal sang serigala yang mirip Ghost-nya Jon Snow. Bahkan, saya merasa Clive sang lakon utama pun terinspirasi berat oleh Jon Snow, karakter utama Game of Thrones.
Perjalanan Clive Rosfield
Perjalanan Clive Rosfield
Kekuatan visual Final Fantasy XVI di antaranya tergambar dari tekstur bahan pakaian para tokohnya. (PS5)
Sepanjang kurang lebih 35 jam, pemain memerankan Clive Rosfield. Kisah Clive dimulai dari saat berusia 15, ketika dia menjadi calon anggota pasukan elite Kerajaan Rosaria. Clive bertugas sebagai pengawal terdekat Joshua Rosfield. Adiknya itu menjadi pewaris tahta karena terlahir sebagai Dominant atau jelmaan dari Phoenix sang burung api.
Akibat pengkhianatan petinggi Kerajaan Rosaria, Joshua dan Raja Elwin terbunuh. Sementara Clive, bearer yang menguasai elemen api, diperbudak sebagai anggota tentara musuh.
Berselang 13 tahun kemudian, dalam suatu misi pembunuhan yang gagal, Clive desersi. Dia bergabung dengan pemberontak yang mengimpikan pengakuan hak hidup bagi para bearer. Mereka melawan kekuasaan kerajaan-kerajaan besar lewat serangan-serangan infiltrasi dan sabotase.
Clive ternyata memiliki potensi langka. Dia merupakan jelmaan Ifrit sang monster api. Valisthea sebelumnya hanya mengenal satu eikon per elemen. Unsur api telah diwakili oleh Phoenix yang dulu dibawa oleh Joshua Rosfield. Clive juga satu-satunya orang yang mampu menyerap kekuatan lintas Eikon--berbeda dengan para dominant yang kekuatannya sebatas satu eikon. Dalam seri Final Fantasy terdahulu, dominant dikenal dengan summoner dan eikon disebut sebagai summon.
Perubahan Mekanisme Pertarungan
Perubahan Mekanisme Pertarungan
Final Fantasy XVI mengisahkan perjuangan Clive dan enam kerajaan di Valisthea yang memiliki kebudayaan berbeda-beda. (PS5)
Dengan kemampuan langka Clive, kita bisa memilih tiga Eikon dan memadukan jurus-jurusnya di pertarungan untuk meningkatkan daya rusak serangan. Perpaduan jurus ini penting mengingat kebanyakan raja musuh di Final Fantasy XVI memiliki health points (HP) yang luar biasa tinggi sehingga sulit menaklukkan mereka semata mengandalkan serangan fisik dan magic tingkat dasar.
Final Fantasy XVI menerapkan sistem pertarungan full action bahkan tergolong hack-and-slash ala God of War. Metode ini pertama kali diterapkan seri Final Fantasy pada seri ke-15 mereka. Saat itu, banyak penggemar lama kecewa. Maklum, serial ini kebanyakan mengadopsi sistem turn based (perintah diberikan secara bergiliran ke setiap karakter, biasanya antara menyerang, bertahan, menggunakan item, dan melontarkan magic) yang jadi ciri khas RPG Jepang atau JRPG.
Di seri ke XVI, Square Enix, studio game yang berbasis di Tokyo, menunjuk Ryota Suzuki sebagai penanggung jawab pertarungan. Suzuki merupakan desainer Devil May Cry 5, game action populer dengan lakon utama juga jagoan pedang. Perpaduan serangan pedang, sihir, dan kekuatan Eikon menjadi daya tarik utama pertarungan di Final Fantasy XVI. Sebagai catatan, kami menyarankan Anda mengubah pengaturan tombol pada controller mengingat banyak pemain yang kesulitan meluncurkan dan menghindari serangan menggunakan setting bawaan pengembang--Tempo menggunakan controller setting nomor 2.
Kimi Hime, YouTuber game, merupakan penggemar Final Fantasy sejak seri ke-10 yang terbit 2001. Dia merasakan betul perbedaan mekanisme pertarungan di seri ke-16 ini. Tapi, Kimi menganggap baku serang di Final Fantasy XVI jauh lebih seru ketimbang seri pendahulunya.
"Apalagi ada pertempuran antar Eikon-nya," kata Kimi kepada Tempo di peluncuran Final Fantasy XVI di Comic Con di Jakarta Convention Center, Sabtu, 24 Juni 2023. "Saya suka game yang menampilkan monster-monster gede kayak God of War."
Cerita jadi Kekuatan Utama
Cerita jadi Kekuatan Utama
Final Fantasy XVI mendapat penilaian tinggi dari situs dan kritikus game terkemuka. Selain mekanisme pertarungan, mereka memuji visual yang ciamik dan cerita yang kuat. Bagi kami, cerita merupakan alasan utama kita memainkan Final Fantasy edisi terbaru ini. Babad Tanah Valisthea ini sangat kompleks, sehingga tak mampu dijelaskan hanya lewat cuplikan adegan (cutscene)--yang total durasinya 11 jam--dan dialog. Namun, selalu membuat kita ingin tau lanjutannya.
Square Enix membuat terobosan, yang menurut kami jempolan, lewat Active Time Lore. Cukup menekan dua tombol, terjadi teks yang menjelaskan tokoh, tempat, dan peristiwa yang sedang berlangsung. Misalnya, Rosaria yang menyusut dari kerajaan menjadi provinsi, bagian dari Kerajaan Sanbreque usai kematian ayah Clive. Jika ingin mendalami lebih jauh sejarah dan hubungan antar kerajaan di Valisthea, pemain bisa mengunjungi sejarawan--daftar pustakanya berkembang seiring progres permainan.
Hanya sedikit pengembang game yang "berbaik hati" menyajikan tambo seperti ini. Elden Ring, misalnya, membiarkan pemainnya mencari sendiri kisah tokoh-tokoh game terbaik 2022 di internet. Sehingga, banyak yang terlewat begitu saja kisah tragis Malenia, raja musuh terkuat di sejarah game soulseries, yang kehilangan saudara kembarnya, Miquella.
Bagi kami, hikayat yang terbentang panjang di Final Fantasy XVI sayang untuk dilewatkan. Kita ibarat diajak menonton Game of Thrones sembari membaca A Song of Ice and Fire.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.