Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Airy Rooms tak mampu mengelak dari keterpurukan dampak pandemi Covid-19. Agregator layanan akomodasi dan wisata itu telah mengumumkan menutup dan menghentikan semua kegiatan operasionalnya per 31 Mei 2020 nanti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Setelah tanggal tersebut, Airy tak melayani pembelian tiket pesawat dan pemesanan akomodasi, melalui situs www.airyrooms.com dan aplikasi Airy, serta Online Travel Agent (OTA) yang bermitra dengan Airy. CEO Airy Rooms Indonesia, Louis Alfonso Kodoatie, mengatakan bisnis pariwisata tumbang oleh pandemi yang memaksa masyarakat dunia diam di rumah saja selama beberapa bulan terakhir tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Airy sejatinya tak sendiri yang limbung. Riset oleh media ekonomi daring, Lifepal.co.id, menunjukkan tren penurunan tajam yang terjadi di industri travel berdasarkan data lalu lintas kunjungan di situs. Jika dibandingkan dengan data puncak traffic pada Desember 2019, tingkat kunjungan pada April 2020 telah berkurang lebih dari 70%. Tren ini dipastikan masih berlanjut karena larangan mudik.
Lifepal menggunakan tiga situs ticketing terbesar sebagai sampel risetnya. Ketiganya, yakni Traveloka.com, Tiket.com, dan PegiPegi.com. “Penurunan total traffic ketiga situs tersebut sudah terjadi sejak bulan Januari 2020,” kata Ruben Setiawan, manajer konten di PT Lifepal Technologies Indonesia, bersama keterangan tertulis hasil survei itu, 15 Mei 2020.
Berdasarkan riset data traffic dari platform pemeringkat situs, Similarweb, yang kemudian diolah menggunakan data organization software, Lifepal menunjukkan traffic tiga situs sempat memuncak pada Desember 2019 lalu. Jumlahnya sampai lebih dari 37 juta pengunjung. Tapi kemudian mulai terjun bebas. Mulai dari 31 juta pada Januari 2020 , 25 juta sepanjang Februari, tidak sampai 16 juta saat Maret hingga 11 juta saja pada April lalu.
“Kami hanya melihat penurunannya dari data traffic kunjungan, tidak sampai nilai transaksi,” kata Ruben ketika dihubungi kembali Kamis 21 Mei 2020.
Sedang di industri belanja online, dampak yang berlawanan tidak berjalan seperti yang diharapkan—secara data kunjungan. Ini karena kebutuhan belanja dianggap tidak akan terhadang pandemi dan aplikasi toko daring menjadi tujuan banyak orang yang 'terkurung' diam di rumah saja selama pandemi.
Nyatanya, survei data traffic pengunjung di lima situs yang dijadikan sampel menunjukkan traffic cenderung stabil dan justru menunjukkan tren sedikit turun. Item yang dibeli pengunjung pun bukan lagi fasyen. Kategori item yang banyak dicari adalah produk-produk kesehatan, keperluan rumah tangga, makanan dan minuman serta hobi.
Kelima situs yang dijadikan sampel, yakni Tokopedia.com, Shopee.co.id, Bukalapak.com, Lazada.co.id, dan Blibli.com. Traffic mereka sepanjang Januari terekam sebanyak 236 juta kunjungan, atau menurun dari Desember lalu yang bisa sampai 258 juta. Tapi dibandingkan Februari dan Maret, traffic kunjungan cenderung meningkat, yakni 210 juta dan 226 juta kunjungan.
Berbeda dengan dua industri yang pertama, tren kenaikan jumlah pengunjung ditunjukkan oleh situs-situs kesehatan. Lima situs yang dijadikan sampel, yakni Alodokter.com, DokterSehat.com, KlikDokter.com, Halodoc.com, HelloSehat.com, dan SehatQ,com memperlihatkan grafik kunjungan yang meningkat.
Puncak kunjungan terlihat pada Maret, tepat pada saat ditemukannya kasus positif Covid-19 pertama di Indonesia. Total traffic ke lima situs tersebut mencapai 141 juta kunjungan, atau melonjak 19% dari bulan sebelumnya. “Hal ini menunjukkan, minat dan kebutuhan masyarakat akan layanan-layanan konsultasi dokter via online, pemesanan obat-obatan, penebusan resep dan pengiriman obat, hingga artikel-artikel kesehatan meningkat di masa pandemi,” kata Ruben.
Namun, pada April, bukan peningkatan yang terjadi. Kunjungan ke lima situs kesehatan tersebut justru menurun 14 juta traffic atau 10% dari traffic Maret.