Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Next Policy melakukan riset berbasis kecerdasan buatan (AI) bertajuk "Kabinet Jokowi-Ma’ruf di Mata Publik: Melihat Arah Sentimen Publik terhadap Transisi Pemerintah Baru". Riset ini dilakukan dalam kurun waktu 27 September-27 Oktober tahun ini dengan memanfaatkan cuitan (tweet) di media sosial Twitter.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dengan asumsi setiap pengguna Twitter punya kesempatan sama dalam membentuk opini publik, riset memanfaatkan big data ini menghasilkan sejumlah temuan menarik di tiga kategori risetnya. Dari total 681.937 cuitan untuk kabinet Jokowi-Ma’ruf secara rata-rata, sentimen netral sebanyak 24.828 cuitan, mengungguli sentimen positif (11.646) dan negatif (16.982).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sementara, Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mendapat perhatian tertinggi dari warganet. Pendiri Gojek ini mendapat 17.148 cuitan bernada netral. Jauh lebih banyak bila dibandingkan Wishnutama (7.417), Erick Thohir (6.992), bahkan Prabowo Subianto sekalipun yang hanya 5.362 cuitan.
“Nadiem Makarim menemukan momennya, karena kemunculan milenial sebagai generasi penggerak dan penentu masa depan dalam komposisi penduduk, menguatnya sektor ekonomi digital yang memunculkan model dan startup yang digerakkan para milenial, dan kebutuhan untuk menjadikan sains dan teknologi sebagai input penting untuk beragam kepentingan, yang menjadi salah satu kecakapan penting para milenial, “ ujar M Rahmat Yananda, analis senior Next Policy, saat pemaparan hasil riset perdana Next Policy di Jakarta baru-baru ini.
Secara makro, kata Rahmat, dunia pendidikan Indonesia memang mengalami kebuntuan yang membutuhkan terobosan dan inovasi. Peringkat Indonesia tidak kompetitif di sub-indeks input untuk Pendidikan dan Riset, yang terlihat dari laporan Global Innovation Index (GII) 2019.
Peringkat Indonesia untuk sains, matematika, dan literasi yang dikeluarkan OECD, tidak mengalami perkembangan menjanjikan. Maka, wajar saja bila warganet berharap besar pada sosok Nadiem, sambil menanti terobosan dan inovasi yang diimplementasikannya di sektor pendidikan nasional.
Menurutnya, Nadiem harus mencari terobosan untuk mempercepat anak-anak Indonesia menguasai beragam kecakapan di abad 21, seperti kecakapan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta penguasaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Kecakapan yang kembangkan melalui kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah, kecakapan komunikasi, kecakapan kreatif dan inovasi, serta kecakapan kolaborasi.
“Nadiem adalah sosok yang tumbuh bersama dengan generasi milenial, memiliki pengalaman dan sukses mendirikan serta memimpin bisnis perusahaan rintisan. Kemudian memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menjadikan teknologi sebagai keunggulan,” terangnya.
Hasil riset Next Policy juga menyebutkan, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menyumbang sentimen negatif tertinggi di kabinet Indonesia Maju, karena menggantikan Menteri Susi sebagai menteri populer di kabinet terdahulu. Sedangkan, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mendatangkan sentimen positif.
Dalam riset itu, cuitan di Twitter dianalisis sentimennya dengan menggunakan teknologi pembelajaran mesin yang dikembangkan, yakni Analisis Media-sosial Nusantara berbasis AI, yang disebut AMENA.
Mesin pembelajaran AMENA ini menggunakan model arsitektur neural dalam memprediksi sentiman pada teks di Twitter, melalui Bi-LSTM encoder dan sequence-to-sequence model. Memanfaatkan mesin itu, analisis sentimen menghasilkan visualisasi data berupa peta sentimen bernada positif, negatif, dan netral.