Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TAK seperti biasanya, Indeks Kepercayaan Konsumen kali ini tumbuh di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah. Ini dipicu oleh berkurangnya tekanan inflasi setelah Lebaran. Faktor ini pula yang mendongkrak penilaian masyarakat akan kemampuan pemerintah menjaga kestabilan harga. Gara-gara inflasi terjaga, biaya operasional perusahaan susut. Penjualan dan laba perusahaan ikut terkerek. Untuk sementara, masyarakat bisa dibilang cukup puas terhadap keadaan perekonomian saat ini.
Meskipun demikian, mencuatnya kasus hukum yang melibatkan beberapa lembaga penegak hukum memberikan pengaruh negatif terhadap persepsi masyarakat akan kemampuan pemerintah menegakkan hukum. Ketidakpastian hukum ini, bila tidak segera diselesaikan, bisa menjadi bumerang pada masa mendatang. Apalagi pelaku usaha masih waspada akan kondisi ekonomi saat ini. Bisa-bisa, sentimen pebisnis terhadap pemerintah yang lagi luruh itu makin tergerus.
Yandhrie Arvian
Lepas dari Tekanan Inflasi
Mega-Hamzah
134,9
SBY-JK
103,8
Dampak kenaikan harga BBM I
92,9
Kenaikan harga BBM II
108,9
Kenaikan harga beras
88,7
Inflasi meningkat
81,7
Kenaikan harga BBM III
Indeks Kepercayaan Konsumen
Tumbuh di masyarakat menengah bawah
Setelah pada Agustus lalu mencapai level tertinggi dalam empat tahun terakhir, indeks cenderung melemah dalam dua bulan terakhir. Meski begitu, nilai indeks masih relatif tinggi. Pada Oktober, indeks turun dari 87,5 ke 87,4. Pelemahan ini dilatarbelakangi oleh kekhawatiran konsumen akan potensi naiknya harga bahan makanan dan makanan jadi.
Naiknya harga bahan pokok mempengaruhi persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini. Indeks Saat Ini (ISI) turun dari 70,7 menjadi 70,1. Namun optimisme konsumen terhadap prospek perekonomian cenderung membaik. Indeks Ekspektasi-menggambarkan ekspektasi rumah tangga terhadap keadaan ekonomi di masa depan-tumbuh 0,3 persen.
Hasil survei menunjukkan bahwa konsumen memperkirakan suku bunga di masa depan cenderung naik. Hal ini sedikit mempengaruhi rencana pembelian barang tahan lama. Proporsi konsumen yang berencana membeli barang tahan lama (durable goods) pada enam bulan mendatang turun dari 24,8 persen menjadi 22,7 persen.
Setelah Lebaran, keyakinan rumah tangga terhadap ekonomi berdasarkan kelompok pendapatan juga berubah. Indeks kepercayaan masyarakat berpendapatan kurang dari Rp 500 ribu per bulan tumbuh 24,5 persen, dan indeks masyarakat berpendapatan Rp 500 ribu 700 ribu per bulan naik 10,4 persen. Sementara indeks masyarakat berpendapatan Rp 700 ribu 1,5 juta per bulan justru melemah 0,3 persen. Dan indeks masyarakat berpenghasilan di atas Rp 1,5 juta per bulan tergerus 3,3 persen. Tingginya kepercayaan masyarakat menengah ke bawah dipicu oleh berkurangnya tekanan inflasi setelah Lebaran.
Indeks Kepercayaan Konsumen:
Indeks Kepercayaan Konsumen menggambarkan keadaan mutakhir perekonomian masyarakat. Hasil survei ini biasanya keluar lebih awal daripada indikator lain yang juga digunakan dalam memprediksi pola belanja. Kepercayaan konsumen bisa melihat efek dari suatu kejadian atau kebijakan pemerintah terhadap pola belanja. Indeks yang meningkat berarti keadaan perekonomian masyarakat membaik, dan sebaliknya.
Indeks Kepercayaan berdasarkan survei terhadap sekitar 1.700 rumah tangga Indonesia dari enam wilayah (Sumatera Utara, Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan). Survei menggunakan metode wawancara tatap muka. Sampel dipilih dengan metodologi statistik tertentu sehingga mewakili populasi.
Responden diminta menilai keadaan perekonomian (baik lokal maupun nasional), pendapatan rumah tangga, dan ketersediaan lapangan kerja. Dalam setiap pertanyaan, konsumen dapat menjawab optimistis atau pesimistis. Jika indeks di bawah 100 berarti respons negatif (pesimistis) melebihi jumlah respons positif (optimistis), dan sebaliknya.
Indeks Kepercayaan Konsumen Kepada Pemerintah
Tertinggi dalam lima tahun terakhir
Kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah berada pada level yang tinggi. Indeks ini mengalami tren penguatan sejak Juli 2008. Pada Agustus lalu, indeks mencapai level tertinggi dalam lima tahun terakhir, mencapai 118,9. Pada September, indeks sempat turun menjadi 113,4, tapi lalu naik kembali pada Oktober ke level 114,2.
Indeks sempat turun akibat naiknya inflasi pada Ramadan. Gara-gara hal itu, kenyamanan konsumen yang telah menikmati stabilnya harga barang dalam bulan-bulan sebelumnya terganggu. Penurunan ini terlihat dari luruhnya penilaian masyarakat terhadap kemampuan pemerintah dalam menjaga kestabilan harga. Untungnya, rendahnya inflasi pada Oktober mendongrak indeks.
Pola yang relatif sama terlihat pada pergerakan komponen indeks yang menunjukkan penilaian masyarakat terhadap kemampuan pemerintah memperbaiki keadaan ekonomi secara keseluruhan. Hal ini mengindikasikan masyarakat masih cukup puas akan keadaan ekonomi saat ini.
Namun komponen indeks yang menunjukkan penilaian masyarakat terhadap kemampuan pemerintah menjalankan penegakan hukum turun signifikan. Pada Agustus, komponen ini mencapai level 127,9. Pada September, turun menjadi 124,7. Pada Oktober kembali turun ke level 120,8. Mencuatnya kasus hukum yang melibatkan beberapa lembaga penegak hukum memberikan pengaruh negatif terhadap persepsi masyarakat akan kemampuan pemerintah menegakkan hukum.
IKKP dan Komponennya | Indeks | Perubahan (%) | ||
Okt-09 | 2 tahun | 1 tahun | 1 bulan | |
Memperbaiki keadaan ekonomi | 113,1 | 23,7 | 36,3 | 1,2 |
Menjaga kestabilan harga | 97,2 | 26,5 | 57,8 | 4,9 |
Menyediakan infrastruktur | 116,4 | 5,8 | 5,9 | -1,0 |
Menjaga keamanan | 123,2 | 12,3 | 9,3 | 2,6 |
Menegakkan hukum | 120,8 | 22,6 | 17,3 | -3,2 |
IKKP | 114,2 | 17,3 | 21,4 | 0,7 |
Indeks Kepercayaan Konsumen kepada Pemerintah:
Survei ini bersamaan dengan survei kepercayaan konsumen.
Responden diminta menilai kemampuan pemerintah pada lima hal: memperbaiki keadaan ekonomi, menjaga kestabilan harga, menyediakan infrastruktur, menjaga keamanan, dan menegakkan hukum.
Hasil survei ditampilkan dalam bentuk indeks difusi dan disesuaikan ke tahun dasar perhitungan (rebased) dengan membuat indeks rata-rata pada 2003 sama dengan 100. Indeks di atas 100 berarti masyarakat menilai kinerja pemerintah lebih baik ketimbang kinerja rata-rata pada 2003. Demikian pula sebaliknya.
Coincident dan Leading Economic Index
Prospek ekonomi cerah
Pada September, Coincident Economic Index (CEI) naik menjadi 108.8, atau bergerak tipis 0,3 persen dari bulan sebelumnya. Indeks ini naik tujuh bulan berturut-turut. Ini mengindikasikan aktivitas perekonomian terus meningkat. Pengujian lebih saksama menggunakan metode sequential signaling method (SSM) menunjukkan bahwa Coincident Index telah mencapai titik terendah pada Februari 2009. Artinya, perlambatan aktivitas ekonomi yang terjadi sejak Juli 2008 telah berakhir pada Februari. Sejak Maret, perekonomian sudah berada dalam fase ekspansi.
Peningkatan aktivitas perekonomian ini terutama ditopang oleh konsumsi, yang didukung oleh perbaikan daya beli masyarakat. Perbaikan daya beli tecermin pada peningkatan Indeks Kepercayaan Konsumen. Tingkat inflasi yang kian terkendali telah memberikan dampak positif terhadap daya beli masyarakat.
Leading Economic Index juga naik 0,4 persen pada September. Tren yang meningkat ini telah berlangsung sejak November 2008. Hal ini mengindikasikan prospek perekonomian Indonesia kian cerah.
Ada beberapa faktor yang diperkirakan dapat menjadi pemicu perbaikan ekonomi Indonesia ke depan, antara lain perbaikan daya beli masyarakat (tecermin pada peningkatan kepercayaan konsumen dan laju inflasi yang terkendali), perbaikan sentimen pelaku bisnis, suku bunga pinjaman yang menurun, serta pemulihan ekonomi global. Dua faktor terakhir diprediksi akan menjadi pendorong utama peningkatan investasi dan ekspor Indonesia ke depan.
Coincident dan Leading Economic Index:
Coincident Economic Index menggambarkan keadaan ekonomi saat ini. Disusun menggunakan lima data ekonomi: impor, penjualan mobil, konsumsi semen, suplai uang, dan penjualan eceran, karena secara statistik dapat menjelaskan pergerakan perekonomian saat ini. Gabungan informasi kelima data itu pun menggambarkan keadaan ekonomi secara keseluruhan.
Penurunan Coincident Index menggambarkan aktivitas perekonomian yang turun, begitu pula sebaliknya. Coincident Index yang turun tiga kali berturut-turut menandakan ada masalah dalam perekonomian yang perlu diwaspadai. Jika turun terus-menerus dengan tajam menandakan ekonomi sedang resesi.
Leading Economic Index adalah indeks yang bergerak 6-12 bulan mendahului Coincident Index. Dengan kata lain, Leading Index menggambarkan arah pergerakan ekonomi 6-12 bulan mendatang. Leading Index disusun dengan menggunakan tujuh data ekonomi: izin mendirikan bangunan, kedatangan turis asing, persetujuan investasi asing, nilai tukar rupiah riil, indeks harga saham gabungan, ekspor, dan inflasi di sektor jasa.
Tren Leading Index yang naik menunjukkan prospek ekonomi yang cerah, sedangkan tren menurun menunjukkan prospek ekonomi memburuk. Kombinasi Coincident dan Leading Index dapat digunakan untuk menentukan posisi ekonomi dalam siklus bisnisnya.
Komponen CEI dan LEI | Jan 09 | Feb 09 | Mar 09 |
Coincident Economic Index (CEI) | 108,0 | 108,4 | 108,8 |
Indeks penjualan mobil dalam negeri | 126,2 | 133,9 | 141,4 |
Indeks konsumsi semen | 151,3 | 143,7 | 141,1 |
Indeks nilai riil impor | 145,8 | 166,0 | 168,8 |
Indeks nilai riil jumlah uang beredar (M1) | 185,2 | 189,0 | 182,7 |
Indeks penjualan retail | 67,9 | 68,1 | 76,7 |
Leading Economic Index (LEI) | 112,0 | 112,4 | 112,8 |
Indeks izin mendirikan bangunan | 65,5 | 66,9 | 70,0 |
Indeks jumlah turis mancanegara | 121,7 | 114,2 | 118,1 |
Indeks persetujuan investasi asing | 269,8 | 263,6 | 262,8 |
Indeks nilai tukar efektif riil | 106,3 | 106,5 | 110,6 |
Indeks harga saham gabungan | 370,6 | 387,1 | 405,7 |
Indeks nilai riil ekspor | 181,4 | 194,8 | 185,7 |
Indeks harga konsumen sektor jasa | 2,42 | 2,44 | 2,43 |
INDEKS SENTIMEN BISNIS
PENJUALAN DAN LABA DIPERKIRAKAN MENINGKAT
Indeks Sentimen Bisnis meningkat pada survei Agustus-September menjadi 133,8. Kenaikan ini disebabkan oleh naiknya komponen Indeks Ekspektasi, yang mengukur sentimen pelaku bisnis terhadap keadaan ekonomi dan bisnis dalam enam bulan ke depan. Indeks Ekspektasi naik 5,4 persen. Komponen lainnya, Indeks Situasi Sekarang relatif stabil, hanya turun 0,3 persen. Kepercayaan terhadap iklim bisnis saat ini masih bagus. Pebisnis juga merasa optimistis terhadap prospek bisnis di masa mendatang.
Meski naik dari periode sebelumnya, tampaknya para pebisnis masih mengkhawatirkan keadaan ekonomi nasional saat ini. Indeks yang terkait masalah ini masih di bawah 100 (turun 11,4 persen menjadi 89,4). Pada Agustus-September menunjukkan hanya 18,2 persen CEO yang disurvei percaya perekonomian Indonesia kini kian membaik, sedangkan 28,8 persen menyatakan perekonomian semakin memburuk. Meski begitu, optimisme pebisnis terhadap keadaan usaha yang mereka geluti meningkat (indeksnya naik 4,7 persen menjadi 139,4). Para CEO juga melaporkan bahwa penjualan dan laba perusahaan mereka semakin baik.
Para pebisnis optimistis terhadap prospek ekonomi Indonesia. Mayoritas dari CEO yang disurvei (49,7 persen) merasa yakin bahwa ekonomi Indonesia dalam tiga sampai enam bulan mendatang akan membaik. Hanya 13,9 persen yang menilai keadaan ekonomi ke depan akan memburuk. Penjualan dan laba perusahaan juga diperkirakan meningkat. Naiknya perkiraan laba ditunjang oleh ekspektasi penurunan biaya operasional seiring berkurangnya tekanan inflasi. Selain penjualan dan laba perusahaan, beberapa indeks yang mengukur ekspektasi kinerja perusahaan di masa mendatang (seperti tenaga kerja, likuiditas, dan modal kerja) meningkat.
Pada survei Agustus-September, tingkat kepercayaan para CEO terhadap pemerintah menurun. Indeks Sentimen Bisnis terhadap Pemerintah (ISBP) tergerus 9,7 persen menjadi 125,6. Meski begitu, tingkat kepercayaan terhadap pemerintah tetap berada pada level relatif tinggi, bahkan kedua tertinggi dalam sembilan tahun terakhir. Komponen yang meningkat adalah indikator yang menunjukkan kepercayaan terhadap pemerintah dalam menjaga keamanan (naik 1,6 persen).
Indeks Sentimen Bisnis:
Indeks disusun berdasarkan survei terhadap sekitar 700 CEO atau direktur perusahaan besar dari berbagai sektor: konstruksi, pertanian, keuangan, transportasi dan komunikasi, manufaktur, perdagangan, hotel dan restoran, jasa, dan lain-lain (pertambangan). Cara pengambilan sampel menggunakan metodologi statistik untuk merepresentasikan penilaian direktur perusahaan dari berbagai sektor yang ada di Indonesia secara akurat.
Interpretasi indeks cukup sederhana: jika angka indeks di bawah 100, dapat dikatakan bahwa respons negatif (pesimistis) melebihi jumlah respons positif (optimistis). Sebaliknya. Indeks yang turun menggambarkan keadaan bisnis yang memburuk, dan sebaliknya.
Indeks dirancang untuk mengukur penilaian pelaku bisnis terhadap keadaan perusahaan mereka masing-masing, keadaan sektor industri yang digeluti dan keadaan ekonomi serta bisnis mereka secara umum, baik pada waktu sekarang maupun ekspektasi mereka enam bulan mendatang.
Kondisi Saat Ini | |
Baik | 18,2% |
Normal | 52,7% |
Buruk | 28,8% |
Kondisi 6 Bulan Mendatang | |
Baik | 49,7% |
Normal | 35,2% |
Buruk | 13,9% |
Indeks Sentimen Bisnis
  | Indeks Sentimen Bisnis | Indeks Situasi Sekarang | Indeks Ekspektasi |
Mei 09 | 118,6 | 104,2 | 133,1 |
Jul 09 | 130,2 | 119,4 | 141,0 |
Sep 09 | 133,8 | 119,0 | 148,7 |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo