Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Mataram - Terhitung Maret 2023, penyaluran kredit di Nusa Tenggara Barat (NTB) tertinggi untuk konsumsi mencapai Rp 26,976 triliun. Disusul untukmodal kerja Rp 22,439 triliun dan investasi Rp 7,7733 triliun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sedangkan berdasarkan sektor ekonomi, lima besar adalah kredit bukan lapangan usaha atau kredit konsumtif Rp 26,976 triliun (48,88 persen), disusul perdagangan besar dan eceran Rp 11.547 triliun (20,92 persen), pertambangan dan penggalian Rp 6,037 triliun (10,94 persen), pertanian perkebunan dan kehutanan Rp 4,822 triliun (8,74 persen) dan di urutan terakhir adalah untuk dana konstruksi sebesar Rp 1,315 triliun (2,38 persen).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Perkembangan perkreditan tersebut disampaikan oleh Kepala Otoritas Jasa Keuangan NTB Rico Rinaldy di Sekretariat Forum Wartawan Ekonomi dan Bisnis NTB, Jum’at 23 Juni 2023 pagi. ‘’Kebutuhan kredit lebih tinggi dari pada simpanan dana masyarakat di bank,’’ katanya.
Nasabah lima daerah kota dan kabupaten penerima kredit terbesar adalah di Kota Mataram Rp 31,539 triliun, Kabupaten Sumbawa Rp 5,77 triliun, Kota Bima Rp 5,002 triliun, Kabupaten Lombok Timur Rp 3,826 triliun dan di Kabupaten Lombok Tengah Rp 3,337 triliun.
Rico Rinaldy mencatat dana pinjaman yang tergolong non performing loan (NPL) atau mengalami macet untuk jenis penggunaannya adalah modal kerja mencapai 2,99 persen disusul investasi 1,86 persen dan konsumsi 1,24 persen.
Sektor konstruksi, kredit macetnya tertinggi di NTB
Dari rincian sektor ekonomi yang mengalami NPL atau macet persentase tertinggi yaitu pinjaman konstruksi 6,01 persen, disusul perdagangan besa dan eceran 4,03 persen, usaha pertanian perkebunan dan kehutanan 2,13 persen, kredit konsumtif 1,24 persen dan pertambangan dan penggalian 0,03 persen.
Sewaktu terjadinya Covid-19, keadaan Mei 2023, debitur yang terdampak mencapai 121.881 akun yang nilai pinjamannya mencapai Rp 4,213 triliun. Namun yang menjalani restrukturisasi 83.769 akun yang nilai pinjamannya Rp 3,239 triliun. ‘’Tidak semuanya menjalani restrukturisasi,’’ ujarnya.
Secara terinci nasabah dari Bank Umum yang terdampak Covid-19 mencapai 35.091 akun yang nilainya Rp 2,849 triliun namun yang direstrukturisasi 21.267 akun senilai Rp 1,439 triliun. Kemudian di Bank Perkreditan Rakyat yang terdampak 15.815 akun senilai Rp 442 miliar yang ikut restrukturisasi 862 akun senilai Rp 50,215 miliar.
Sedangkan yang terdampak Covid-19 di perusahaam pembiayaan sebanyak 70.895 akun yang nilai pinjamannya Rp 1,912 triliun yang mengikuti restrukturisasi 61.590 akun senilai Rp 1,744 triliun. Terakhir dari dana PNM sebanyak 80 akun yang besar pinjamannya Rp 10 miliar dari 50 akun yang direstrukturisasi nilai pinjamannya Rp 5 miliar.
Pilihan editor: Kredit Perbankan Mei 2023 Tumbuh 9,39 Persen, Gubernur BI: Didorong oleh Kenaikan Permintaan