Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

5 Poin Pernyatatan Kemenkes tentang Pemecatan Dekan FK Unair Prof Budi Santoso

Jubir Kemenkes Syahril mengatakan, bahwa Kementerian tidak terlibat dalam pencopotan Dekan FK Unair, salah satu fakultas kedokteran top di Tanah Air

5 Juli 2024 | 09.55 WIB

Sejumlah dokter muda membentangkan poster saat aksi di halaman Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair), Surabaya, Jawa Timur, Kamis, 4 Juli 2024. Aksi yang dilakukan sivitas akademika FK Unair, guru besar dan sejumlah dokter itu menyampaikan sejumlah tuntutan di antaranya mendesak pihak rektorat agar jabatan Prof. Dr. dr. Budi Santoso sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga dikembalikan sampai masa jabatannya berakhir. ANTARA/Didik Suhartono
Perbesar
Sejumlah dokter muda membentangkan poster saat aksi di halaman Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair), Surabaya, Jawa Timur, Kamis, 4 Juli 2024. Aksi yang dilakukan sivitas akademika FK Unair, guru besar dan sejumlah dokter itu menyampaikan sejumlah tuntutan di antaranya mendesak pihak rektorat agar jabatan Prof. Dr. dr. Budi Santoso sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga dikembalikan sampai masa jabatannya berakhir. ANTARA/Didik Suhartono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril, mengeluarkan lima butir pernyataan sikap Kemenkes atas pemberhentian Dekan Fakultas Kedokteran Unair, Prof. Budi Santoso, di Jakarta, Kamis, 4 Juli 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Prof Budi dalam pernyataannya mengaitkan pemecatan yang dia alami dengan sikap pribadinya menolak program pemerintah mendatangkan dokter asing di Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Per hari ini saya diberhentikan sebagai Dekan FK Unair. Saya menerima dengan lapang dada dan ikhlas. Mohon maaf selama saya memimpin FK Unair ada salah dan khilaf, mari terus kita perjuangkan FK Unair tercinta untuk terus maju dan berkembang," demikian petikan pernyataan Budi Santoso dalam WAG pada Rabu, 3 Juli 2024.

Menanggapi situasi tersebut, Jubir Kemenkes Syahril mengatakan, bahwa Kementerian tidak terlibat dalam pencopotan Dekan FK Unair, salah satu fakultas kedokteran ternama di Tanah Air.

Berikut pernyataan Jubir Kemenkes tersebut:

Pertama, Kemenkes tidak membawahi Unair, dan tidak memiliki wewenang mengatur Unair. Melalui Humas Unair telah memberikan penjelasan terkait situasi yang ada saat ini.

Kedua, Informasi yang mengatakan Menkes mengontak Rektor Unair untuk meminta memberhentikan Dekan FK merupakan fitnah dan hoax.
 
Ketiga, Informasi yang beredear seolah Kemenkes akan mendatangkan 6.000 dokter warga negara asing (WNA) adalah juga hoax.  
 
Keempat, Dokter WNA yang dihadirkan oleh Kemenkes dan mendapatkan publikasi luas adalah tim dari Arab Saudi yang bertugas di RS Adam Malik, Medan, Sumatera Utara, untuk melakukan operasi jantung kompleks (sedang dan berat) untuk menyelamatkan nyawa 30 anak warga Sumatera Utara secara gratis.

Selama ini anak yang mengalami gangguan jantung kompleks selalu dirujuk ke Jakarta sehingga memberatkan keluarga secara finansial.
 
Terakhir atau kelima, "Kami menyesalkan beberapa rekan sejawat, terutama di kota besar di Jawa, yang memprotes kehadiran tim dokter dari Arab Saudi tersebut, padahal mereka hadir untuk menyelamatkan nyawa manusia, nyawa anak-anak kita. Bukan untuk mengambil lahan para dokter-dokter tersebut kedepannya."

Civitas Akademika FK Unair Tolak Pemecatan

Sivitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga merespons pemecatan Dekan Budi Santoso dengan menggelar aksi ‘Save Prof Bus’ pada Kamis siang, 4 Juli 2024. Aksi rencananya masih akan berlanjut untuk mempertanyakan alasan pemecatan. 

“Nomor satu, kami akan menanyakan alasan pemecatan kepada Rektor Unair (Mohammad Nasih). Sebab, belum jelas alasannya. Bahkan tidak ada surat peringatan,” kata Guru Besar FK sekaligus Rektor Unair 2001-2006, Puruhito, kepada awak media di lokasi aksi.

Menurut dia, Rektor Unair tidak seharusnya melakukan pemecatan tanpa sebab. Terlebih, Budi Santoso dinilainya masih memenuhi syarat sebagai Dekan FK Unair dan tidak pernah terlibat tindak pidana.

Puruhito juga menanggapi isu pemecatan Prof Bus akibat mengeluarkan pernyataan yang menentang kebijakan pemerintah mengizinkan praktik dokter asing. Menurut dia, alasan itu tidak tepat jika benar digunakan sebagai dasar pemecatan.

“Selama ini saya tidak melihat itu sebagai alasan yang tepat. Apakah Prof Bus bicaranya salah di mata pemerintah? Ya kita bicara kan tergantung orang yang menerima. Kalau di mata saya tidak,” tuturnya.

Lebih dari itu, Puruhito setuju sikap penolakan FK Unair atas kebijakan impor dokter asing dinilai bagian dari kebebasan akademik. Karenanya, Puruhito menyarankan Rektor Nasih menanggapi isu tersebut.

Dikutip dari Antara, Ketua Pusat Komunikasi dan Informasi Publik Unair Martha Kurnia Kusumawardani mengatakan, pemecatan Dekan FK Unair Budi Santoso merupakan kebijakan internal untuk menerapkan tata kelola yang lebih baik guna penguatan kelembagaan khususnya di lingkungan FK Unair.

Tak ada keterangan lebih detail, termasuk perihal pengakuan Budi bahwa dia dicopot dari jabatannya setelah dipanggil gara-gara pernyataannya di media massa yang isinya menolak praktik dokter asing di Indonesia.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus