Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Mataram - Erupsi Gunung Barujari membuat sejumlah bandar udara ditutup. Debu vulkanik membuat Bandara Internasional Lombok, misalnya, terpaksa ditutup lagi sehingga penutupan sudah sekitar enam hari.
Sekretaris Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (ASITA) Jasnawadi Wirajagat menghitung sehari kehilangan potensi wisatawan yang datang sebanyak 1.000 orang.
Jasnawadi menjelaskan, kalau masing-masing membeli paket liburan (hotel-transportasi-pemandu wisata) Rp 2 juta ditambah belanja pribadi per orang Rp 1 juta, kerugian selama enam hari terakhir mencapai Rp 18 miliar.
“Ini belum termasuk maskapai penerbangan,” kata Jagat, panggilan akrabnya. Jasnawadi juga merupakan Direktur Pelaksana Badan Promosi Pariwisata Daerah Nusa Tenggara Barat (BPPD NTB) dan Ketua Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) NTB.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia NTB Gusti Lanang Patra mengatakan sekitar 15 ribu kamar hotel yang tersedia di Kota Mataram, Senggigi, Gili Trawangan, dan Mandalika Resort hanya terisi sekitar 20 persen. Hanya kawasan wisata tertentu yang bisa dijangkau kapal cepat, Bali-Gili Trawangan, yang bisa terisi kamarnya.
“Bisa dikatakan kebanyakan hanya tamu yang check out yang ada,’’ ujar Lanang Patra, yang juga General Manager Hotel Lombok Raya.
Juru bicara PT Angkasa Pura I (Persero) di Bandara Internasional Lombok, Gede Eka Sandiri, menjelaskan penutupan penerbangan kembali diperpanjang lagi mulai Senin, 9 November 2015 hingga Selasa, 10 November 2015. ‘’Ya, dampak erupsi Barujari, Bandara Internasional Lombok ditutup sehari lagi,’’ ujarnya.
SUPRIYANTHO KHAFID
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini