Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Gejolak makroekonomi menjadi pengganjal utama rencana penawaran saham perdana kepada publik alias initial public offering (IPO) berbagai perusahaan.
Chief Executive Officer Akseleran Ivan Nikolas Tambunan mengatakan grup usahanya menunggu situasi yang lebih tepat untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Untuk tahun depan, BEI menargetkan 62 IPO emiten. Jumlah ini lebih rendah dari capaian 79 IPO hingga 8 Desember 2023.
JAKARTA – Gejolak makroekonomi menjadi pengganjal utama rencana penawaran perdana saham kepada publik alias initial public offering (IPO) berbagai perusahaan. PT Akselerasi Usaha Indonesia—entitas legal platform pinjaman online Akseleran—termasuk calon emiten yang menunda IPO secara mendadak pada pertengahan tahun ini.
Chief Executive Officer Akseleran Ivan Nikolas Tambunan mengatakan grup usahanya menunggu situasi yang lebih tepat untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saat ini pasar masih dibayangi resesi dan ketidakpastian ekonomi. “Kami wait and see dulu. Perlu timing (momentum) IPO yang pas,” tuturnya kepada Tempo, kemarin.
Kode saham induk Akseleran itu mulanya akan masuk ke papan pencatatan BEI pada 9 Agustus 2023. Merujuk pada daftar antrean atau pipeline IPO di bursa, entitas yang memulai bisnis pinjaman sejak Maret 2017 itu menawarkan 2,98 miliar saham kepada publik. Dengan harga penawaran awal atau book building sebesar Rp 100-120 per saham, Akseleran ingin meraup modal segar sebesar Rp 298,95-358,62 miliar. Pada akhir Juli 2023, hanya berselang beberapa hari setelah periode penawaran, perusahaan mengumumkan penundaan IPO.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo