Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setelah hampir dua dekade tak berjalan, proyek di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Rempang, kembali hidup setelah pemerintah pusat membawa Xinyi Glass Holdings Ltd. sebagai salah satu investor yang akan menghuni kawasan itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perusahaan asal Cina itu memberi komitmen investasi di Rempang Eco City senilai US$ 11,6 miliar atau sekitar Rp 175 triliun. Investasi tersebut disebut-sebut bakal bisa mempekerjakan hingga 35 ribu orang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Xinyi rencananya bakal membangun pabrik kaca dan panel surya dengan bahan baku pasir kuarsa dari Kepulauan Riau, seperti Pulau Lingga dan Natuna. Untuk proyek itu, dibutuhkan kesiapan tanah prioritas seluas 1.154 hektare dengan penyerahan tanah clear and clean selama 30 hari.
Pendiri Artha Graha Group, Tomy Winata, menyatakan proyek ini kembali hidup pada tahun ini setelah ada investor yang masuk. “BP Batam sudah kosongkan baru serahkan kepada kami, untuk kami, dasar itu untuk menyiapkan investor masuk,” katanya kepada Tempo, Kamis, 14 September 2023.
Adapun PT Makmur Elok Graha (MEG), anak usaha Artha Group, sudah mengantongi hak eksklusif dari dari Otorita Batam dan Pemerintah Kota Batam untuk mengelola dan mengembangkan Rempang Eco City. Perusahaan tersebut menguasai sertifikat hak guna bangunan seluas 16.583 hektare dengan masa konsesi 80 tahun. Adapun rencana pengembangan Pulau Rempang diteken pada Agustus 2004.
Nama Xinyi sebetulnya tak asing. Perusahaan itu telah menggelontorkan investasi tahap pertama di kawasan industri Java Integrated Industrial and Ports Estate atau JIIPE di Manyar, Gresik, Jawa Timur pada akhir Agustus 2022. Di sana, Xinyi menggelontorkan modal US$ 700 juta untuk membangun pabrik kaca industri.
Tapi lahan di JIIPE itu nampaknya tak cukup buat Xinyi. Seorang pejabat di Kementerian Koordinator Perekonomian mengatakan Xinyi memerlukan lahan yang lebih luas untuk membangun pabrik kaca dan penghiliran pasir kuarsa. “Kenapa Xinyi masuk ke Rempang, karena dia butuh 2 ribu hektare, sedangkan di Gresik cuma 1.000-an hektare,” kata pejabat ini, dikutip dari Majalah Tempo edisi 17 September 2023.
Luasnya kebutuhan lahan dipicu oleh rencana Xinyi untuk membuat pabrik kaca dan panel surya. Rencana ini terungkap saat Menteri Investasi Bahlil Lahadalia berkunjug ke pabrik Xinyi di Wuhu, Cina.
Bahlil menjelaskan rencana investasi Xinyi Group di Rempang Eco-City berhubungan dengan proyek penghiliran pasir kuarsa. "Kita punya pasir kuarsa, silika, yang selama ini kita ekspor raw material. Dengan membangun ekosistem pabrik kaca dan solar panel, ini merupakan bagian daripada hilirisasi di sektor pasir kuarsa," kata Bahlil dalam keterangan pers pada 19 Juli 2023 lalu.
Selanjutnya: Adapun Batam menjadi pilihan untuk membangun...
Adapun Batam menjadi pilihan untuk membangun pabrik panel surya setelah pemerintah membidik peluang ekspor listrik ke Singapura.
Laporan Majalah Tempo pada 5 Juli 2023 lalu menyebut panel surya menjadi pilihan karena Singapura ingin listrik dari sumber energi terbarukan. Untuk memenuhi kebutuhan listrik 4 gigawatt di Singapura, maka diperlukan pasokan panel surya berkapasitas 24 gigawatt-peak.
Adapun pemerintah menghendaki panel surya tersebut dibuat di dalam negeri dan salah satu yang berpeluang menjadi pemasok adalah Indonesia Solar Panel Industry and Renewable Alliance atau Inspira.
Perusahaan tersebut adalah konsorsium beranggotakan beberapa perusahaan seperti PT Adaro Power (anak usaha Adaro Energy), PT Medco Power (anak usaha grup Medco), PT Energi Baru TBS (anak usaha PT TBS Energi Utama Tbk), dan PT Utomo Juragan Atap Surya Indonesia.
"Konsorsium ini akan menyatukan permintaan agar produsen panel surya Tier 1 mau berinvestasi di Indonesia," kata Direktur Utama Utomo Juragan Atap Surya Indonesia, Anthony Utomo, kepada Tempo, 3 April 2023.
Dengan adanya rencana tersebut, Xinyi disebut-sebut berpeluang memasok panel surya. Meski begitu, pendiri Artha Graha, Tomy Winata memastikan belum semua lahan di Rempang Eco-City akan digunakan oleh Xinyi untuk membangun pabrik.
“Kalau Anda punya rumah 1.000 meter, boleh pakai semua? Kan tidak," kata Tomy Winata.
Ia menambahkan, saat ini tidak hanya Xinyi yang sudah bekerja sama dengan MEG untuk mengisi lahan di Rempang. Bahkan, sebetulnya ada 12 perusahaan lokal dan asing yang berinvestasi di sana. Tomy Winata pun mengaku dalam beberapa waktu terakhir bolak-balik ke luar negeri untuk menemui calon investor.
AISHA SHAIDRA | EGI ADYATAMA | FAJAR FEBRIANTO | KHAIRUL ANAM
PIlihan Editor: Modal Xinyi dan Artha Graha Membangun Pulau Rempang