Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Berita Tempo Plus

Jamu Pahit Pelangsing Garuda

Krisis keuangan hebat Garuda Indonesia mendorong perusahaan pelat merah ini  mengurangi jumlah karyawan. Banyak pengeluaran yang bisa dihemat.

5 Juni 2021 | 00.00 WIB

Pramugari dan pilot maskapai Garuda melintas di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Agustus 2016. Dok.TEMPO/Dian Triyuli Handoko
material-symbols:fullscreenPerbesar
Pramugari dan pilot maskapai Garuda melintas di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Agustus 2016. Dok.TEMPO/Dian Triyuli Handoko

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Pos pengeluaran untuk gaji karyawan termasuk beban pembiayaan bulanan terbesar di Garuda, selain pembelian avtur dan sewa pesawat.

  • Untuk menekan beban pembiayaan bulanan, manajemen Garuda menawarkan opsi pensiun dini bagi karyawan secara sukarela

  • Dewan Komisaris terbelah soal kebijakan pensiun dini karyawan, ada yang menyarankan pos pembiayaan teknologi justru lebih mendesak untuk dipangkas.

SEJUMLAH karyawan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk baru bisa bernapas lega pada akhir Mei lalu. Gaji mereka bulan itu akhirnya sampai ke rekening bank masing-masing, utuh, tak kurang serupiah pun. Memang, waktu pembayarannya sempat membikin deg-degan karena sedikit meleset dari jadwal biasanya.

"Memang agak tertunda. Dalam kondisi begini, karyawan tidak mempermasalahkan,” tutur Ketua Harian Serikat Karyawan Garuda Tomy Tampatty saat dihubungi Tempo, Sabtu 5 Juni lalu.

Beberapa karyawan Garuda membenarkan kabar bahwa gaji mereka bulan Mei masih utuh, meski sejumlah hak yang sempat ditunda pembayarannya tahun lalu belum semua dilunasi perusahaan. Sejumlah karyawan lain mengaku gajinya masuk tepat waktu.

Kekhawatiran akan tersendatnya pembayaran gaji karyawan Garuda sempat merebak di lingkup internal perusahaan itu sejak pertengahan Mei lalu. Awal mulanya adalah pengumuman Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra tentang kondisi keuangan perusahaan yang memburuk. Kabar itu disampaikan Irfan dalam sebuah pertemuan besar yang dihadiri semua karyawan. Ketika itu Irfan juga mewanti-wanti bahwa dana untuk membayar gaji karyawan sepekan kemudian masih diusahakan.

Dalam pertemuan itu, Irfan pun menawarkan program pensiun dipercepat atau pensiun dini kepada karyawan. Semua karyawan, tanpa batas usia dan masa kerja, bisa mengikuti program itu. "Sifatnya sukarela," ucap salah satu karyawan Garuda yang hadir dalam pertemuan tersebut. 

Sebenarnya tahun lalu manajemen Garuda sudah menawarkan program serupa kepada karyawan. Ketika itu Garuda melepas sekitar 2.000 karyawannya. Sekitar 700 di antaranya berstatus tenaga kerja kontrak, sisanya karyawan yang sukarela mengikuti program tersebut.

Penawaran pensiun dini adalah salah satu opsi yang harus diambil manajemen Garuda agar selamat dari krisis keuangan. Saat ini perusahaan pelat merah itu mencatat utang hingga US$ 4,9 miliar atau sekitar Rp 70 triliun. Nilai tersebut bertambah Rp 1 triliun setiap bulan selama masa penundaan pembayaran kepada pemberi kredit dan pemilik pesawat.

Seperti banyak maskapai penerbangan lain, nasib buruk Garuda Indonesia tak bisa dilepaskan dari pandemi Covid-19. Sempat membaik pada akhir tahun lalu, kinerja keuangan badan usaha milik negara itu kembali terpuruk di awal 2021. 

Masalahnya, beban Garuda bukan cuma itu. Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara Kartika Wirjoatmodjo mengaku maskapai penerbangan nasional itu juga berdarah-darah akibat banyak keputusan bisnis yang tak wajar di masa lalu. Ada soal jenis pesawat yang terlalu beragam, juga rute-rute penerbangan yang tidak menguntungkan. "Permasalahan utama Garuda di masa lalu: efisiensinya bermasalah," kata Tiko—demikian Kartika biasa disapa—dalam rapat kerja dengan Komisi BUMN Dewan Perwakilan Rakyat pada Kamis, 3 Juni lalu.

Sejak Garuda terimbas pandemi pada awal 2020, ada empat pos pengeluaran paling besar, yaitu pembelian bahan bakar pesawat atau avtur, sewa pesawat, perawatan pesawat, dan sumber daya manusia. Pemangkasan biaya di sektor sewa pesawat yang paling sulit dilakukan karena menyangkut perjanjian dengan perusahaan swasta. "Kami sudah memulai proses negosiasi dengan pemberi sewa pesawat," ujar Irfan. Upaya itu berhasil membuat perusahaan berhemat sampai US$ 200 juta.

Harapan manajemen Garuda sempat melambung ketika pemerintah merestui penerbitan obligasi wajib konversi atau mandatory convertible bond pada Desember tahun lalu. Total nilainya mencapai Rp 8,5 triliun. Pencairannya dilakukan bertahap sesuai dengan capaian target kinerja perusahaan. Pada awal 2021, dana tahap pertama mengucur sebesar Rp 1 triliun. Duit sebesar itu langsung dipakai untuk membayar tagihan kepada Pertamina serta Angkasa Pura I dan II. "Tidak ada untuk bayar utang. Sudah habis hanya untuk tiga itu," tutur Irfan.

Sayangnya, tren positif itu belakangan berantakan. Semua proyeksi kinerja korporasi pada bulan-bulan pertama 2021 meleset jauh. Jumlah penumpang yang sempat merangkak naik di akhir 2020 anjlok lagi pada awal 2021. Kondisi kembali seperti pada bulan-bulan di puncak pandemi, September-Oktober tahun lalu. Seorang sumber Tempo menyebutkan jumlah penumpang Garuda tinggal 20-25 persen dibanding saat sebelum pandemi. 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Aisha Shaidra

Bergabung di Tempo sejak April 2013. Menulis gaya hidup dan tokoh untuk Koran Tempo dan Tempo.co. Kini, meliput isu ekonomi dan bisnis di majalah Tempo. Bagian dari tim penulis liputan “Jalan Pedang Dai Kampung” yang meraih penghargaan Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2020. Lulusan Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus