Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bahaya Perang Bunga Bank Digital

OJK menegur bank digital yang menawarkan suku bunga simpanan melampaui tingkat bunga penjaminan LPS.

 

15 Oktober 2021 | 00.00 WIB

Petugas melayani pengaduan masyarakat melalui telepon di Call Center Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan
Perbesar
Petugas melayani pengaduan masyarakat melalui telepon di Call Center Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • OJK menegur bank digital yang memasang bunga deposito tinggi untuk menggaet nasabah.

  • Bunga deposito bank digital melampaui tingkat bunga penjaminan LPS.

  • Bank digital dinilai melakukan strategi bakar uang seperti pelaku industri digital lain.

JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyemprit bank digital yang terlibat perang suku bunga untuk menggaet nasabah. Hasil pantauan OJK menunjukkan sejumlah bank menawarkan tingkat bunga simpanan dan deposito di atas rata-rata pasar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Logistik OJK, Anto Prabowo, mengatakan pihaknya telah menegur bank yang menawarkan bunga terlalu tinggi agar segera melakukan penyesuaian. “Kami telah memberikan teguran,” kata dia, kemarin. OJK juga meminta bank yang menawarkan promosi tak wajar mengubah informasi produk tabungan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Menurut Anto, OJK menganggap promosi bunga simpanan yang terlalu besar sebagai strategi yang tidak sehat dan berisiko bagi nasabah. Tingkat suku bunga yang ditawarkan bank digital bisa dua kali lipat dari suku bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang kini berada di level terendah sepanjang sejarah, yaitu 3,5 persen. Setara dengan suku bunga acuan Bank Indonesia 7-Days Reverse Repo Rate.

Warga melintas di depan kantor Bank Jago di Jakarta. Dok. Bank Jago

Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewa, mengatakan produk-produk simpanan dengan tingkat suku bunga deposito di atas penjaminan tersebut tidak akan masuk program penjaminan LPS. “Bank harus turut menjelaskan kepada nasabahnya bahwa deposito atau simpanan mereka tidak dijamin oleh LPS. Ini supaya nasabah mengetahui risikonya,” ujar dia.

Salah satu bank digital yang menawarkan bunga simpanan tinggi adalah PT Bank Neo Commerce Tbk (BNC). Penawaran itu dikemas dalam produk tabungan bernama Neo Now dengan fleksibilitas setoran dan tingkat bunga hingga 6 persen per tahun.

Direktur Utama BNC, Tjandra Gunawan, mengatakan strategi tersebut efektif untuk menarik minat nasabah yang belum pernah memiliki rekening bank. BNC juga menawarkan beragam fitur, seperti pembukaan rekening online kurang dari satu menit, transfer biaya unlimited, pembayaran QR Code Indonesian Standard (QRIS), dan pinjaman online. Tjandra mengatakan, sejak soft launching pada Maret lalu hingga kuartal IV, BNC mencatatkan 10 juta nasabah dan 10 juta unduhan aplikasi Neobank, dengan 2 juta pengguna harian aktif.

SeaBank, hasil transformasi Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE) yang diakuisisi oleh Sea Group Indonesia, menawarkan bunga simpanan 7 persen kepada nasabah tanpa syarat minimum jumlah tabungan, jangka waktu, maupun biaya tambahan. Imbal hasil itu akan dibayarkan kepada nasabah secara harian. Promosi ini gencar dilakukan SeaBank melalui akun media sosial hingga notifikasi langsung kepada pengguna marketplace Shopee yang terafiliasi dalam ekosistem Sea Group.

Direktur Center of Law and Economic Studies, Bhima Yudhistira Adhinegara, mengatakan langkah agresif bank digital menawarkan bunga deposito tinggi tak terlepas dari strategi untuk menggaet nasabah dan memupuk dana pihak ketiga (DPK). Terlebih, persaingan di industri sangat ketat untuk memperebutkan pangsa pasar, khususnya segmen milenial. “Namun strategi ini seharusnya tidak untuk jangka panjang karena akan kontra dengan tujuan bank digital yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi, termasuk efisiensi biaya dana (cost of fund) perbankan,” kata dia.

Strategi ini, menurut Bhima, mirip strategi "bakar uang" yang diterapkan oleh pemain bisnis digital lainnya, seperti platform e-commerce dan dompet digital. “Pengeluaran ini sudah masuk dalam perhitungan investasi dan biaya marketing untuk meningkatkan market share dan menciptakan posisi di industri yang kompetitif,” ujar Bhima.

Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda mengatakan bank digital menjanjikan bunga simpanan yang tinggi karena mereka juga menarik bunga pinjaman yang jauh lebih tinggi. “Produk pinjaman mereka bunga per tahunnya bisa mencapai 30 persen,” ujar dia. Menurut Huda, produk-produk ini tidak bisa disamakan untuk seluruh segmen konsumen karena memiliki tingkat risiko yang berbeda. “Konsepnya high risk high return, jadi memang keputusan akhirnya tetap dikembalikan kepada konsumen."

GHOIDA RAHMAH
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Ghoida Rahmah

Ghoida Rahmah

Bergabung dengan Tempo sejak Agustus 2015, lulusan Geografi Universitas Indonesia ini merupakan penerima fellowship Banking Journalist Academy batch IV tahun 2016 dan Banking Editor Masterclass batch I tahun 2019. Pernah menjadi juara Harapan 1 Lomba Karya Jurnalistik BPJS Kesehatan di 2016 dan juara 1 Lomba Karya Jurnalistik Kategori Media Cetak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tahun 2021. Menjadi Staf Redaksi di Koran Tempo sejak 2020.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus