Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
JAKARTA – Pengurangan jumlah karyawan di tubuh PT Aerofood Indonesia (Aerofood ACS) menjadi bagian dari efisiensi usaha induknya, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, setelah lolos dari lubang pailit. Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, memastikan perampingan jumlah tenaga kerja selalu didahului negosiasi bertahap.
“Apa yang terjadi pada anak usaha adalah proses yang berjalan terpisah sejak jauh-jauh hari,” ucapnya kepada Tempo, kemarin.
Grup maskapai berkode saham GIAA itu baru menuntaskan homologasi penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) pada akhir bulan lalu. Kini, Garuda Indonesia kembali disorot karena mencuatnya kabar pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh Aerofood ACS, anggota kelompok usaha Garuda di bidang katering. Sebanyak 152 karyawan Aerofood menolak pemecatan yang dianggap sepihak. Namun anggapan itu dibantah manajemen Aerofood.
Setelah rencana perdamaian perusahaan disetujui pengadilan, Irfan menyebut perusahaan tak hanya harus menggenjot pendapatan dan membenahi model bisnis, namun juga beroperasi secara efisien. Dia berkata, jumlah pegawai Garuda Indonesia sudah merosot 38 persen sejak awal pandemi Covid-19 hingga saat ini. “Banyak yang tidak tahu soal ini. Sekarang anak-anak perusahaan pun mempertimbangkan hal yang sama (pengurangan pegawai).”
Garuda Indonesia saat ini memiliki enam entitas anak, yaitu PT Aero Wisata (termasuk Aerofood), PT Sabre Travel Network Indonesia, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI), PT Aero Systems Indonesia, PT Citilink Indonesia, dan PT Garuda Indonesia Holiday France. Dari semua anak usaha itu, hanya Holiday France yang masih membukukan laba.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo