Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Media sosial Indonesia tengah heboh dengan polemik film dokumenter Dirty Vote karya sutradara Dandhy Laksono. Film ini dibintangi oleh tiga ahli hukum tata negara, yakni Bivitri Susanti, Zainal Arifin Mochtar, dan Feri Amsari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam film yang dirilis pada 11 Februari 2024 ini, ketiga pakar hukum tersebut menjelaskan sejumlah data dan menguraikan berbagai dugaan pelanggaran hukum yang terjadi pada Pemilu 2024. Mereka juga menjelaskan potensi-potensi kecurangan pada pesta demokrasi kali ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ada sejumlah poin yang dibahas dalam film Dirty Vote tersebut. Mulai dari kecurangan melalui penunjukan 20 penjabat (PJ) gubernur dan kepala daerah, tekanan untuk kepala desa agar mendukung kandidat capres-cawapres tertentu, penyaluran bantuan sosial atau Bansos yang berlebihan, hingga kejanggalan dalam proses dan hasil sidang putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang membuat anak sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka, bisa menjadi calon wakil presiden.
Film yang dirilis di YouTube Dirty Move tersebut sudah mencapai lebih dari 6 juta tayangan, hingga Senin, 12 Desember 2024 pukul 15.00 WIB. Sedangkan, film yang diunggah pada kanal YouTube Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK) Indonesia telah ditonton lebih dari 3,7 juta kali.
Perilisan film dokumenter tentang kecurangan Pemilu 2024 ini pun menuai berbagai reaksi dari warganet di media sosial. Di media sosial X (dulu Twitter), Dirty Vote menjadi trending topik nomor satu di Indonesia dengan lebih dari 565 ribu unggahan. Berikut ini beberapa reaksi netizen doal Dirty Vote.
Tanggapan Netizen di X
Berbagai reaksi terkait film Dirty Vote dicurahkan banyak warganet di media sosial X. Di antaranya menyoroti penyaluran bansos untuk menunjang elektabilitas paslon tertentu. Selain itu, ada juga yang merasa tidak bisa lagi bersikap netral setelah melihat kecurangan yang ada di Pemilu 2024.
“Nangis banget nonton dirty vote, ternyata bansos emang selayaknya untuk kebutuhan masyarakat malah sebagai penunjang elektorat paslon tertentu. STOP MENGANGGAP RAKYAT SAPI PERAH KALIAN, STOP MEMBUAT RAKYAT TERLIHAT LEMAH DIMATA KALIAN. Sesungguhnya kalian adalah pe**cur politik yg tidak ingin dari awal membuat rakyat bahagia tapi malah sengsara,” tulis pengguna X dengan nama @windi_********
“Setelah nonton dirty vote, diam dan netral bukanlah sikap yang baik, ketika kecurangan sudah di pertontonkan dengan begitu jelasnya. Semuanya dibahas ko, ga cuma leaning ngorek koreng 1 paslon. Kita tau politik itu kotor, semuanya kena. Tapi kita jadi tau mana yang boroknya paling banyak dan mana yang sedikit,” kata @mars*****.
“Setelah nonton Dirty Vote, rasanya semua yang gue pelajari di Fakultas Hukum selama 4 tahun, diacak-acak dan diolok-olok sebagai hal yang nggak lebih dari sekadar tulisan yang bisa dibeli,” curhat @jaht****.
Sejumlah netizen juga mempertanyakan mengapa ada pihak yang menyebut bahwa film Dirty Vote berisi fitnah. Padahal menurut mereka, isi film tersebut hanya penjelasan kliping berita yang disertai dengan bukti foto atau video di dalamnya.
“Dirty vote dibilang fitnah. Fitnah darimana orang ini kliping berita yang dijelaskan orang-orang ahli sesuai bidangnya. Coba ngebantu penonton ngerangkai informasi aja,” komentar penyanyi Kunto Aji melalui akun pribadinya, @KuntoAjiW.
“Film Dirty Vote itu, isinya hanyalah rangkuman kejadian yang telah diberitakan di berbagai media nasional. Bukan fitnah. Keberanian menggabungkan semua informasi-informasi tersebut menjadi film sehingga terangkai menjadi 1 kesimpulan kecurangan besar tidak dimiliki sembarang orang. Salute!” cuit akun @mad****.
“’Yang disampaikan di Dirty Vote bernada fitnah, narasi kebencian, yg asumtif dan tidak ilmiah’ literally Dirty Vote isinya cuma 90% statistik hasil riset, sama bukti-bukti pendukung dalam bentuk video/foto. gak ada opini gak ada asumsi gak ada ajakan. gw aja berasa lg kuliah,” ucap @bels***.
Sebelumnya, Tim Kemenangan Nasional atau TKN Prabowo-Gibran menyebut bahwa film Dirty Vote bernada fitnah dan narasi kebencian. Hal itu disampaikan oleh Wakil Ketua TKN Prabowo Gibran, Habiburokhman, di Media Center TKN Prabowo Gibran, Jalan Sriwijaya 1 Nomor 16, Jakarta Selatan, Minggu, 11 Februari 2024.
“Sebagian besar yang disampaikan film itu adalah sesuatu yang bernada fitnah, narasi kebencian yang bernada asumtif dan sangat tidak ilmiah. Saya mempertanyakan kapasitas tokoh-tokoh yang ada di film itu,“ kata Habiburokhman, Minggu.
RADEN PUTRI