Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Bio Farma Minta PMN Aset Bangunan Kemenkes Senilai Rp 68 Miliar untuk Kembangkan Vaksin

Bio Farma meminta PMN nontunai dari inbreng aset BMN yang merupakan bangunan bekas pengembangan vaksin flu burung oleh Kemenkes.

3 Juli 2024 | 11.11 WIB

Gedung Kantor Pusat PT Bio Farma (Persero) di Bandung Jawa Barat. Bio Farma, BUMN Produsen vaksinterbesar di Asia Tenggara, menjadi  Holding BUMN FarmasiBersama dua BUMN lainnya, PT Kimia Farma Tbk dan PT Indofarma Tbk.
Perbesar
Gedung Kantor Pusat PT Bio Farma (Persero) di Bandung Jawa Barat. Bio Farma, BUMN Produsen vaksinterbesar di Asia Tenggara, menjadi Holding BUMN FarmasiBersama dua BUMN lainnya, PT Kimia Farma Tbk dan PT Indofarma Tbk.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - PT Bio Farma (Persero) meminta Penyertaan Modal Negara (PMN) nontunai dari inbreng aset Barang Milik Negara atau BMN senilai Rp 68 miliar. Aset tersebut merupakan bangunan milik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang dibangun pada tahun 2006 sampai 2008 untuk pengembangan vaksin flu burung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Direktur Utama Bio Farma, Shadiq Akasya, mengatakan bahwa bangunan tersebut berada di lahan Bio Farma yang ada di Bandung. "Bangunan dan sarananya sekarang sudah ada di lahan Bio Farma. Ada dua tempat, satu di Pasteur, satu di Cisarua," kata dia dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi XI DPR RI di Senayan pada Selasa, 2 Juli 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia menjelaskan, pembangunan bangunan tersebut dulunya berangkat dari antisipasi terhadap wabah flu burung. Selain bangunan, dilengkapi pula dengan alat-alat untuk kebutuhan produksi saat itu. Namun hingga saat ini, aset tersebut belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga kata Shadiq, Kemenkes ingin memindahtangankan aset tersebut kepada Bio Farma. "Kami masih membutuhkan itu sebagai pelengkap untuk pengembangan dua produksi utama kami sekarang, yaitu Rotavirus dan Rubella, vaksin yang kami kembangkan," kata Shadiq.

Dia mengungkapkan, Bio Farma masih mengimpor bahan produksi vaksin Rotavirus sampai sekarang. Mengutip laman Kemenkes, Rotavirus merupakan salah satu penyebab diare pada anak. "Jadi kalau seandainya itu sudah bisa (dikelola) di kita dengan pemanfaatan sarana BMN, akan lebih optimal. Rubella juga demikian, kami sekarang masih mengimpor itu dari India." Bio Farma menargetkan, aset tersebut bisa mulai dimanfaatkan akhir 2025 untuk pengembangan vaksin.

ANNISA FEBIOLA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus