Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DI kafe itu empat lelaki muda tampil seragam: bersongkok beludru dengan baju koko, rata-rata berjenggot tipis dengan sedikit kumis. Dengan ramah mereka melayani tamu yang duduk-duduk di pekarangan. Terletak di Kafe Tenda Semanggi—tempat mangkal anak muda Jakarta—kedai itu terkesan unik. Dari ruang dalam, cahaya lampu berkebyaran. Tapi tak terdengar musik yang gaduh. Justru lagu nasyid mengalun pelan. "Ini kedai alternatif," kata Ahmad Razak, salah seorang dari pria bersongkok itu.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo