Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pertamina Bongkar Direksi
Ketidakpastian berminggu-minggu itu berakhir juga. Rabu pekan lalu, Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil melantik tiga direktur baru PT Pertamina. Mereka adalah Karen Agustiawan, Rukmi Hadihartini, dan Waluyo. Empat posisi direktur, termasuk Direktur Utama Ari H. Soemarno, tidak berubah.
Karen, sebelumnya staf ahli Direktur Utama Pertamina, menggantikan Sukusen Soemarinda sebagai Direktur Hulu, sedangkan Rukmi mengisi posisi Direktur Pengolahan menggantikan Suroso Atmomartoyo. Satu-satunya orang luar Pertamina, Waluyo, sebelumnya Deputi Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi, diangkat sebagai Direktur Umum dan Sumber Daya Manusia menggantikan Sumarsono.
Menteri Sofyan berharap kinerja Pertamina semakin baik, termasuk mengerjakan tugas khusus menggarap Blok Natuna D-Alpha. Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu mengatakan, Pertamina sudah berada di jalur yang tepat. ”Tinggal mempercepat saja,” katanya.
Tarif Baru Listrik Ditunda
Kebijakan tarif baru listrik tidak jadi diberlakukan Maret. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro mengatakan, pemerintah dan PLN akan mensosialisasi dulu tarif baru itu.
Menurut Direktur Utama PLN Eddie Widiono, mereka masih menanti persetujuan dari berbagai pihak. Selain menunggu sinyal dari Menteri Energi dan Menteri Negara BUMN, PLN juga masih menanti sikap DPR. ”PLN tidak akan bertindak sendiri,” katanya pekan lalu. Kebijakan ini, kata Eddie, demi mengirit subsidi bahan bakar minyak dan juga listrik, bukan untuk mendongkrak pendapatan perusahaan setrum itu.
Tanda-tanda penundaan tarif baru listrik juga diungkapkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Presiden mengatakan, pemerintah tidak akan buru-buru menaikkan harga minyak dan listrik. ”Kenaikan harga hanya akan membebani masyarakat,” katanya, Rabu lalu di Bogor.
DPR berharap pemerintah menahan kebijakan tarif listrik. Ketua Komisi Energi Airlangga Hertanto mengatakan, mereka belum menyetujui usulan tarif baru listrik itu. Mestinya, kebijakan tarif baru listrik diteken setelah pemerintah memutuskan berapa besar subsidi listrik. Nah, nilai subsidi listrik tergantung dari pendapatan penjualan minyak bumi.
BTN Masih Simpang-siur
Pemerintah belum juga memutuskan nasib Bank Tabungan Negara (BTN). Padahal, BNI kelihatan ngebet mengakuisisi bank spesialis kredit perumahan itu. Direktur Utama BNI Gatot M. Suwondo mengatakan, mereka akan membeli BTN dengan menukarkan obligasi rekap pemerintah di BNI. Rencana ini sudah dikaji sejak 2006. Saat ini nilai obligasi rekap di BNI sekitar Rp 16 triliun. ”Jika diizinkan obligasi itu akan dikurangi untuk membayar BTN,” kata Gatot, Rabu lalu.
Satu lagi bank pelat merah, Bank Rakyat Indonesia (BRI), juga sudah berhitung untuk meminang BTN. ”Mungkin bulan depan baru diputuskan,” kata Hartono Sukiman, Sekretaris Perusahaan BRI. Namun minat BRI sepertinya tidak sebesar BNI. Kata Hartono, fokus mereka sekarang menjaga rasio kecukupan modal.
Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil malah mengatakan pemerintah belum mengambil sikap. ”Pilihannya bisa diambil alih atau IPO,” kata Sofyan. Pilihan inilah yang sekarang masih dikaji konsultan. Pemerintah, kata Sofyan, akan mengikuti apa saja rekomendasi konsultan ini.
TV Berita di Peringkat Bontot
Seperti tahun-tahun sebelumnya, jumlah penonton siaran televisi berita tahun ini belum banyak beranjak. Dua stasiun berita, MetroTV dan TVOne (dulu Lativi), menempati posisi juru kunci di daftar rating televisi swasta versi AGB Nielsen Media Research.
Menurut Marketing and Communication Executive AG Nielsen Andini Wijendaru, masyarakat masih lebih menyukai tayangan kategori film dan serial ketimbang menonton berita. ”Stasiun televisi berita perlu waktu untuk merebut pemirsa,” katanya pekan lalu.
Berdasarkan survei Niel-sen di empat kota besar di Jawa pada Januari kemarin, MetroTV hanya mendapat porsi rating 0,3 persen. Bulan berikutnya, rating stasiun milik Surya Paloh itu bahkan merosot ke 0,2 persen. Posisi juru kunci MetroTV ini sama dengan posisinya sepanjang 2007.
Nasib TVOne tak beda jauh. Stasiun milik kelompok Bakrie bersama Mahaka ini hanya setingkat di atas MetroTV, mendapat rating 0,2 persen sejak beralih nama pada 16 Februari lalu. Rating terakhir itu jauh menurun ketimbang posisi Januari saat masih menyandang nama Lativi, yakni 0,9 persen.
Kendati di posisi bontot, pengelola stasiun itu tidak berkecil hati. Head of Corporate Communication MetroTV Adjie Soeratmadji mengatakan, posisi bontot justru menjadi tantangan mereka. Menurut Adjie, karena rating buruk, mereka tidak lagi mengandalkan pendapatan iklan, tapi sponsor dan publikasi. ”Kalau mengandalkan iklan, tak mungkin mencukupi,” katanya. Tahun lalu, pendapatan MetroTV Rp 306 miliar, melampaui target Rp 285 miliar.
Menunggu Juragan Baru BII
Setelah Temasek Holdings melempar sinyal bakal melepas sahamnya di Bank Internasional Indonesia Tbk (BII), peminatnya segera berderet. Di antara mereka yang disebut-sebut tertarik itu adalah ANZ-Panin Bank, Maybank, HSBC, Commonwealth dan dua bank dari negeri Panda, Industrial and Commercial Bank of China (ICBC) dan China Construction Bank (CCB). Bank Mandiri dan BNI juga sempat disebut di antara para peminat.
Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia (BI) Halim Alamsyah mengatakan, dua bank asal Cina itu sudah mengajukan permohonan untuk mengambil alih saham Temasek di BII.
Pemerintah sendiri sepertinya juga tidak keberatan jika ada bank milik negara yang akan membeli BII. ”Kalau ada yang berminat, bisa dibicarakan,” kata Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil pekan lalu. Sekretaris Kementerian BUMN M. Said Didu menekankan, jika ada bank pelat merah yang akan membeli BII, syaratnya tidak boleh membebani anggaran pemerintah.
Akhirnya, Mandiri dan BNI mundur dari daftar. Direktur Utama Bank Mandiri Agus Martowardojo mengatakan, mereka tidak cukup waktu untuk mempelajari penawaran Temasek. Menurut Direktur Utama BNI Gatot M. Suwondo, akuisisi BII tidak akan menghasilkan sinergi yang bagus.
Temasek menguasai 55,85 persen saham BII lewat Sorak Financial Holdings. Pemegang saham BII lainnya adalah UBS AG London Branch A/C IPB Segregated 6,66 persen, Aranda Investments (Mauritius) Pte. Ltd. 6,04 persen dan publik 31,45 persen. Temasek memilih mempertahankan Danamon ketimbang BII ketika kepemilikan ganda tidak dibolehkan lagi.
Hotasi Mundur dari Merpati
Pilot maskapai Merpati Nusantara Airlines berganti pekan lalu. Direktur Utama Merpati sejak 2002, Hotasi Nababan, mengundurkan diri dan digantikan Cucuk Suryo Suprojo. Sebelumnya, Cucuk adalah komisaris Merpati.
Menurut Hotasi, pengunduran dirinya sebenarnya sudah direncanakan lama, namun secara resmi baru disampaikan ke Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil pada 20 Februari lalu. Soal alasannya, dia hanya mengatakan sudah waktunya mencoba karir lain. Apakah sudah menyerah membenahi Merpati? ”Kalau menyerah kan bisa jauh-jauh hari,” katanya.
Soal pemilihan Cucuk, Sekretaris Kementerian BUMN M. Said Didu mengatakan bahwa Merpati butuh sosok yang bisa melakukan sinergi internal dan eksternal. Sebelum masuk Merpati, Cucuk pernah menjabat Direktur Jenderal Perhubungan Udara di Departemen Perhubungan.
Pengangguran Perempuan Naik
Peringatan hari perempuan sedunia pada Sabtu lalu ditandai dengan kondisi yang makin memprihatinkan. Studi Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) di Asia Tenggara dan Pasifik mencatat, tingkat pengangguran perempuan pada 2007 mencapai 6,9 persen, lebih tinggi dibandingkan laki-laki (5,6 persen). Kondisi ini lebih buruk dibandingkan satu dasawarsa silam. Pada 1997, tingkat pengangguran perempuan hanya 4,2 persen (3,9 persen untuk laki-laki).
Yang menyedihkan, pengangguran perempuan muda di Indonesia yang tertinggi di Asia Pasifik. Pada 2006, pengangguran perempuan mu-da di negeri ini mencapai 33,9 persen, naik dua kali lipat dibandingkan 10 tahun sebelumnya. Pengangguran laki-laki muda juga naik lebih dari dua kali, tapi angkanya tetap lebih kecil, yakni 27,1 persen pada 2006 dan 13 persen pada 1996. Studi ini dilakukan di 31 negara di Asia Tenggara dan Pasifik.
Namun, ada yang menggembirakan. Kesenjangan gender menyempit dibandingkan dengan rata-rata global. Untuk setiap 100 laki-laki dalam pasar kerja (bekerja atau mencari pekerjaan), terdapat 73 perempuan. Kendati demikian, sejumlah tren masih harus diamati dengan hati-hati, terutama tingkat pengangguran perempuan yang meningkat lebih cepat ketimbang laki-laki.
Bill Gates Tidak Lagi Terkaya
Bertahun-tahun menduduki posisi ”juara” orang terkaya sejagat versi majalah Forbes, bos Microsoft, Bill Gates, akhirnya tergusur pemain bursa kawakan, Warren Buffet. Kendati kekayaannya bertambah US$ 2 miliar menjadi US$ 58 miliar (sekitar Rp 525 triliun), Bill Gates malah tergusur ke posisi ketiga.
Orang terkaya sejagat versi majalah Forbes yang dipublikasikan pekan lalu adalah Warren Buffet, pemilik Berkshire Hathaway, dengan kekayaan US$ 62 miliar (sekitar Rp 560 triliun), disusul konglomerat Meksiko, Carlos Slim Helu, US$ 60 miliar (Rp 540 triliun).
Dari Indonesia, ada juga yang masuk dalam daftar orang super tajir ini, yaitu Sukanto Tanoto, bos Raja Garuda Mas, dua anggota keluarga pemilik Djarum, Budi Hartono dan Michael Hartono, juragan kelapa sawit, Martua Sitorus, dan bos Grup Rajawali, Peter Sondakh. Di daftar teratas adalah Sukanto di urutan 284 dengan harta US$ 3,8 miliar (Rp 34,4 triliun).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo