Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

BPS: Nilai Tukar Petani April Turun Lagi

BPS mencatat Nilai Tukar Petani atau NTP pada April 2019 sebesar 102,3.

2 Mei 2019 | 14.48 WIB

Warga menjemur padi hasil panen raya di halaman rumahnya di Kampung Naga, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, 3 Mei 2016. Pembacaan doa dalam Panen Raya hanya boleh dipimpin oleh petani laki-laki. Sementara para perempuan menunggu di samping sawah, mengikuti proses pembacaan doa oleh perwakilan warga yang dituakan. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Perbesar
Warga menjemur padi hasil panen raya di halaman rumahnya di Kampung Naga, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, 3 Mei 2016. Pembacaan doa dalam Panen Raya hanya boleh dipimpin oleh petani laki-laki. Sementara para perempuan menunggu di samping sawah, mengikuti proses pembacaan doa oleh perwakilan warga yang dituakan. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat, nilai tukar petani atau NTP pada April 2019 sebesar 102,3. Angka  NTP itu merosot 0,49 persen ketimbang Maret 2019 (month to month). 
 
 
“Penurunan NTP terjadi karena kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian jauh lebih rendah daripada kenaikan pada indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga untuk keperluan produksi pertanian,” ujar Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Pasar Baru, Jakarta Pusat, Kamis, 2 Mei 2019.
 
BPS mencatat, kenaikan indeks harga yang diterima petani sepanjang April 2019 ialah sebesar 0,12 persen. Sedangkan kenaikan harga yang harus dibayar petani mencapai 0,61 persen. 
 
Nilai Tukar Petani merupakan salah satu indikator yang menunjukkan tingkat kemampuan atau daya beli petani serta daya tukarnya terhadap barang dan jasa, baik yang dikonsumsi maupun yang diproduksi. Semakin tinggi angka NTP, semakin kuat pula daya beli petani. 
 
Adapun penurunan NTP secara nasional sepanjang April 2019 ini, menurut BPS, dipengaruhi oleh penurunan NTP di hampir seluruh subsektor. Suhariyono mencatat, penurunan NTP terjadi untuk subsektor tanaman pangan, tanaman perkebunan rakyat, peternakan, dan perikanan.
 
NTP untuk subsektor tanaman pangan mengalami kemerosotan hingga 1,21 persen. Kondisi ini disebabkan oleh musim panen raya. NTP untuk subsektor lainnya, seperti tanaman perkebunan mengalami penurunan 0,48 persen; peternakan sebesar 0,34 persen; dan perikanan sebesar 0,41 persen. 
 
 
BPS mencatat, hanya NTP untuk subsektor holtikultura yang mengalami peningkatan, yakni sebesar 0,60 persen. “Ini terjadi karena harga bawang merah naik. Kondisi itu memang memukul konsumen, tapi di satu sisi bagus untuk produsen,” ujar Suhariyanto.
 
Adapun dari paparan yang disampaikan Suhariyanto, penurunan NTP paling tajam terjadi di Provinsi Gorontalo, yakni sebesar 1,6 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sedangkan kenaikan NTP dengan angka paling tinggi terjadi di Sulawesi Barat, yakni mencapai 1,39 persen. 
 
Pada bulan Maret 2019, BPS mencatat NTP turun sebesar 0,21 persen menjadi 102,73. Penurunan NTP Maret lalu disebabkan oleh menurunnya tiga subsektor pertanian. Penurunan pada subsektor tanaman pangan sebesar 1,33 persen, subsektor peternakan sebesar 0,22 persen, dan subsektor perikanan sebesar 0,41 persen.
 
FRANCISCA CHRISTY ROSANA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, ia bergabung dengan Tempo pada 2015. Kini meliput isu politik untuk desk Nasional dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco. Ia meliput kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke beberapa negara, termasuk Indonesia, pada 2024 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus