Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Cadangan Nikel untuk Baterai Melimpah, ESDM Sebut Pengolahan Perlu Dibatasi

Stafsus ESDM menyebutkan cadangan nikel indonesia masih 2.7 miliar ton. Bagaimana degan pasokan nikel pertahun?

27 Februari 2023 | 17.48 WIB

Tempo menelusuri ke pusat nikel Indonesia, yakni Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Di sini, puluhan perusahaan pertambangan nikel mengeruk emas baru Indonesia itu secara masif.
Perbesar
Tempo menelusuri ke pusat nikel Indonesia, yakni Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Di sini, puluhan perusahaan pertambangan nikel mengeruk emas baru Indonesia itu secara masif.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara, Irwandi Arif, menyebutkan cadangan bijih nikel berkadar rendah atau limonite untuk bahan baku baterai di Indonesia masih sekitar 2.7 miliar ton.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Baterai itu perlu bijih nikel yang kadarnya rendah, di bawah 1,7 persen. Bijih yang kadarnya rendah namanya limonite. Limonite ini untuk proses di baterai, ini kita masih punya banyak cadangan, karena yang pakai sekarang sedikit, cadangannya 2.7 miliar masih ada," ujar Irwandi dalam Workshop for Mining Journalist, di Bogor Sabtu 25 Februari 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nikel kadar tinggi dan nikel kadar rendah memiliki fungsi yang berbeda. Di Indonesia, nikel kadar rendah atau limonite masih jarang terserap sehingga cadangannya masih banyak, sedangkan saprolite atau nikel dengan kadar tinggi lebih sedikit, karena smelter untuk mengolah nikel tersebut sudah banyak tersedia.

Sementara itu, Stafsus Menteri ESDM ini menjelaskan walaupun cadangan nikel terhitung melimpah, pembatasan dalam pengolahan dan pembangunan smelter perlu dilakukan. Menurut pihaknya, rata-rata pasokan nikel sudah menyentuh 450 juta ton pertahun.

“Memang banyak cadangannya, tapi kalau harus masok 450 juta ton pertahun gimana? bisa langsung jebol kita,” kata Irwandi.

Smelter nikel yang berdiri, kata Irwandi, akan percuma jika terlalu masif dalam pengolahannya. Bijih nikel akan semakin habis dan mengakibatkan keharusan impor, “Kalau habis, masa harus impor bijih nikel? Sedangkan kita produsen nikel terbesar, cadangan kita juga besar,” katanya.

Pilihan editor: Bahlil Bantah Cadangan Nikel Indonesia Berumur Pendek

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus