Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Dampak Lesunya Ekonomi Cina

Pemulihan ekonomi Cina berjalan lambat. Bisa mempengaruhi pencapaian target pertumbuhan ekonomi Indonesia.

23 Juli 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Ekonomi Cina dalam kondisi buruk.

  • Lesunya ekonomi Cina akan berdampak besar pada dunia.

  • Kondisi ekonomi Cina bisa menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia.

BAGI konsumen, turunnya harga berbagai barang dan jasa tentu merupakan kabar baik. Sebaliknya, para ekonom akan lebih waspada ketika melihat penurunan harga secara luas, apalagi kalau sampai terjadi deflasi. Jika berlangsung berkepanjangan, deflasi dapat membuat ekonomi terjebak stagnasi, bahkan resesi. Itulah gelagat yang sekarang sedang berlangsung di Cina, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tren ini muncul sejak April 2023. Bulan itu, inflasi di Cina hanya 0,1 persen. Setelah angka itu naik sedikit menjadi 0,2 persen pada Mei, harga-harga kembali merosot sehingga per Juni laju inflasi di Cina benar-benar mendatar alias 0 persen, persis di ambang deflasi. Pada akhir kuartal II, tingkat pertumbuhan ekonomi Cina hanya 0,8 persen, sangat jauh di bawah kuartal sebelumnya yang ekspansinya mencapai 2,2 persen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Data ini menunjukkan betapa pemulihan ekonomi Cina seusai masa pandemi Covid-19 belum terwujud. Lebih jauh, para ekonom sekarang ramai berdebat. Pertanyaan sentralnya: apakah Cina akan mengalami deflasi di bulan-bulan mendatang? Investor khawatir ada gelagat Cina mengalami masalah serupa dengan ekonomi Jepang pada 1990-an. Waktu itu, deflasi membuat ekonomi Jepang relatif stagnan. Laju pertumbuhannya lambat, nyaris berhenti.

Ekonom menjuluki 1990-an sebagai dekade Jepang yang hilang. Jika ekonomi Cina akan lesu berkepanjangan, dampaknya jelas amat serius bagi ekonomi global. Banyak negara sangat bergantung pada pesatnya pertumbuhan ekonomi Cina sebagai katalisator pertumbuhan ekonominya, terutama negara-negara Asia. Bukan cuma negara-negara berkembang, Menteri Keuangan Amerika Serikat Jannet Yellen juga menyuarakan kekhawatirannya. Lemahnya pertumbuhan ekonomi Cina dapat menimbulkan dampak negatif bagi ekonomi Amerika.

Secara teori, obat deflasi yang ampuh adalah kebijakan moneter yang lebih longgar, suku bunga harus turun. Bulan lalu, bank sentral Cina sudah menurunkan suku bunga pinjaman untuk lembaga keuangan berjangka satu tahun (suku bunga rujukan kebijakan di Cina) menjadi 2,65 persen dari 2,75 persen di bulan sebelumnya. Namun para analis menilai ekonomi Cina masih membutuhkan stimulus yang jauh lebih kuat agar tak terjerumus ke tren deflasi. Selain menetapkan penurunan suku bunga yang berlanjut di bulan-bulan mendatang, pemerintah harus memberikan stimulus fiskal yang jauh lebih besar untuk meningkatkan keyakinan konsumen sehingga ekonomi lebih bergairah. 

Maka analis kini sedang menanti hasil rapat bulanan Politbiro Partai Komunis Cina, Juli ini. Dari situ akan muncul petunjuk apakah pemerintah Cina bakal memberi stimulus yang lebih agresif untuk kembali menggairahkan ekonominya. Keputusan itu jelas akan berdampak besar pada ekonomi Indonesia. Jika ekonomi Cina tak berhasil membal dan kembali tumbuh dengan cepat, pertumbuhan ekonomi kita juga terimbas efek negatifnya.

Saat ini pun Indonesia sudah mulai merasakan sentimen negatif karena penurunan harga-harga komoditas di pasar dunia. Penerimaan ekspor kita selama semester I 2023 sudah merosot, minus 8,86 persen jika dibanding penerimaan ekspor selama semester I tahun lalu. Nilai impor bahan baku juga melorot cukup tajam. Selama Januari-Juni 2023, nilai impor bahan baku minus 11,14 persen ketimbang pada periode yang sama tahun lalu. Penurunan nilai impor bahan baku industri perlu kita baca sebagai sinyal awal melesunya aktivitas ekonomi produktif yang menyerap banyak tenaga kerja. Di bulan-bulan mendatang, dampak penurunan nilai impor bahan baku bisa muncul dalam bentuk melambatnya pertumbuhan dan meningkatnya angka pengangguran.

Tekanan negatif pada ekonomi Indonesia bisa kian berat jika ekonomi Cina ternyata memang belum bisa pulih atau bahkan masuk ke siklus pertumbuhan rendah. Target pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini yang sebesar 5,3 persen sepertinya kian sulit tercapai. Baik korporasi maupun investor sebaiknya mengkaji ulang proyeksi ataupun target-target kinerja di sisa tahun ini. Ancaman dari melemahnya ekonomi Cina memaksa kita semua bersikap lebih realistis.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Terancam Lesunya Ekonomi Cina"

Yopie Hidayat

Yopie Hidayat

Kontributor Tempo

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus