Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Laju nilai tukar rupiah diprediksi tertahan setelah dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat seiring dengan respon positif atas dirilisnya data-data ketenagakerjaan AS yang mengalami kenaikan.
Baca: Persepsi Negatif Tentukan Pergerakan Kurs Rupiah Hari Ini
“Ini tentu menghalangi peluang rupiah untuk menguat, ditambah lagi masih adanya potensi kenaikan imbal hasil obligasi global yang yang membuat dolar AS masih kuat,” ujar Analis Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, dalam keterangan tertulis, Selasa, 11 Juli 2017.
Reza menuturkan saat ini belum ada sentimen positif, sehingga laju rupiah dinilai masih rentan terhadap pelemahan lanjutan. Namun, jika pergerakan sejumlah mata uang Asia dapat kompak menguat dan diikuti penurunan imbal hasil obligasi global, maka kemungkinan akan memberikan harapan terjadinya pembalikan arah ke penguatan rupiah.
“Jika tidak maka tetap cermati dan waspadai berbagai sentimen yang dapat membuka peluang pelemahan kembali, diperkirakan rupiah bergerak di kisaran support 13.442 dan resisten 13.369,” katanya. Laju harga minyak juga menguat, meskipun masih dibayangi oleh aktivitas pengeboran tinggi di AS dan pasokan yang cukup dari negara OPEC dan non OPEC.
Sementara itu, Reza melanjutkan pelemahan rupiah juga membuat pasar obligasi cenderung berada pada teritori merah. “Pelaku pasar cenderung melakukan aksi jual meskipun tidak sederas sebelumnya.” Dampaknya adalah pada laju imbal hasil yang kembali meningkat seiring dengan kenaikan imbal hasil surat utang global yang didorong oleh pelemahan nilai tukar rupiah.
Adapun pergerakan untuk tenor pendek (1-4 tahun) rata-mengalami kenaikan imbal hasil 0,88 basis poin (bps), tenor menengah (5-7 tahun), naik 2,03 bps, dan panjang (8-30 tahun) naik 1,47 bps. Aksi jual dilaporkan kembali terjadi, walaupun sudah mulai berkurang. Hal itu tak terkecuali untuk seri obligasi acuan yang berbalik melemah.
Baca: Ini Prediksi Mandiri Sekuritas untuk Pasar Obligasi 2017
Reza menambahkan pengurangan aksi jual beli diharapkan berlanjut dan mengurangi tren pelemahan pada pasar obligasi. Meskipun dari sisi eksternal belum memungkinkan terdapat dukungan positif pada pasar obligasi. “Kembali meningkatnya imbal hasil global masih akan menahan potensi penguatan pada pasar obligasi dalam menegeri, tetap harus mencermati berbagai sentimen yang berpotensi membuat laju pasar obligasi kembali melemah.”
GHOIDA RAHMAH
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini