Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta -Senior Consultant Supply Chain Indonesia (SCI) Sugi Purnoto memprediksi bisnis logistik dapat tumbuh sampai dengan 10 persen menjelang akhir 2021, seiring dengan mulai bergeliatnya seluruh sektor ekonomi di dalam negeri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dia pun berharap tidak ada varian baru Covid-19 yang masuk ke Indonesia, sehingga kondisi pandemi di Tanah Air akan stabil, bahkan menuju nihil atau zero kasus, baik yang terpapar baru maupun yang meninggal dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Dengan kondisi seperti ini nanti akan mendorong industri, khususnya di logistik ini di akhir tahun bisa tumbuh sampai dengan 10 persen, karena seluruh kegiatan sudah mulai bergerak,” ujarnya seperti dikutip dari Bisnis, Minggu, 19 September 2021.
Menurut Sugi, sektor logistik bisa terus bertumbuh dengan dibukanya kembali tempat-tempat pariwisata. Selain itu, kegiatan yang dikenal dengan hotel, restoran, dan kafe (Horeka) juga mulai beroperasi pascapelonggaran pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
“Dengan terjadinya peningkatan [operasional] itu, secara otomatis logistiknya juga akan meningkat, khususnya industri makanan dan minuman.
Hal itu akan mendorong peningkatan bahkan lebih dari 20 persen khusus untuk segmen ini, karena sebelumnya kan mereka tutup atau hanya diizinkan buka untuk take away, dan sekarang orang sudah bisa dine in juga,” jelas Sugi.
Dia menilai, beberapa barang kebutuhan perayaan Natal dan Tahun Baru juga berpotensi meningkat, sehingga tetap mendorong sektor logistik dan pengiriman barang.
Sebelumnya, Sugi menyebut bahwa pertumbuhan pengiriman barang dari kategori esensial dan kritikal terus bertumbuh selama pandemi, terutama sepanjang penerapan PPKM. Menurutnya, pertumbuhan didominasi oleh permintaan barang berupa obat-obatan dan alat kesehatan yang mencapai 1,5 kali lipat.
Untuk permintaan kebutuhan pokok, dia menyebut, sejauh ini masih stabil. Sebab, yang berubah hanya pola belanja masyarakat dari semula dilakukan secara langsung (offline) menjadi menggunakan sistem daring (online).
Lebih lanjut, dia menilai, peningkatan juga dipengaruhi oleh kelancaran arus distribusi. Pasalnya, pengiriman kebutuhan logistik tetap beroperasi penuh meski terjadi pembatasan mobilitas masyarakat.
“Kalau kami akumulasikan, maka secara volume kritikal esensial ini meningkat 5–10 persen, sedangkan kebutuhan pokok relatif stabil. Hanya polanya saja yang berubah dari biasanya offline menjadi online,” imbuhnya.