Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta -Pengamat penerbangan Alvin Lie mengatakan kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines mirip dengan Lion Air yang jatuh di perairan Kerawang, pada 29 Oktober 2018 lalu. Seperti diberitakan pesawat Ethiopian Airlines dengan jenis Boeing 737 Max 8 yang sedang terbang menuju Nairobi jatuh pada Minggu dini hari, 10 Maret 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Pesawat tersebut jatuh/ menukik tajam pada menit ke 6 pada ketinggian 8000 kaki. Mirip kecelakaan B737 Max 8 Lion Air," kata Alvin dalam pesan WhatsApp yang diterima Tempo, Minggu malam.
Meski penyebab kecelakaan Ethiopian Air belum diketahui pasti, kata Alvin, apabila penyebabnya serupa dengan PK-LQP, akan jadi beban berat bagi Boeing.
"Kemenhub perlu mencermati kecelakaan ini dan tidak ragu larang terbang sementara semua Boeing 737 Max 8 di Indonesia, demi mencegah terjadinya kecelakaan lagi," kata Alvin.
Sebelumnya diberitakan pesawat milik Ethiopian Airlines yang sedang terbang menuju Nairobi dengan membawa 149 penumpang dan delapan awak di dalamnya jatuh."Dipastikan bahwa (kecelakaan, red) terjadi pada pukul 08.44," kata seorang juru bicara Ethiopian Airlines yang tidak memberikan namanya seperti dikutip dari Antara.
Pesawat dengan nomor penerbangan ET 302 itu jatuh di dekat Kota Bishoftu, yang terletak sekitar 62 kilometer tenggara Ibu Kota Ethiopia Addis Ababa. Pesawat itu membawa 149 penumpang dan delapan awak di dalamnya.
Maskapai memastikan bahwa pesawat nahas itu berjenis Boeing 737-800 MAX. "Dipastikan bahwa (kecelakaan, red) terjadi pada pukul 08.44," kata seorang juru bicara Ethiopian Airlines yang tidak memberikan namanya.
Kantor Perdana Menteri telah menyampaikan pernyataan duka cita melalui Twitter kepada para keluarga korban pesawat jatuh tersebut.
Suasana tabur bunga di lokasi jatuhnya pesawat Lion Air JT 610, Tanjung Pakis, Karawang, Selasa, 6 November 2018. TEMPO/Ryan Dwiky Anggriawan
Tahun lalu, pesawat Lion Air JT 610 tujuan Jakarta - Pangkalpinang jatuh di atas perairan Kerawang. Pesawat berjenis Boeing 737 Max 8.
Asosiasi Maskapai Penerbangan Indonesia alias INACA menyebut salah satu permasalahan dalam kasus kecelakaan penerbangan Lion Air JT-610 adalah kurang lengkapnya buku manual penerbangan untuk pesawat Boeing 737 MAX-8. "Kelihatannya begitu (kurang lengkap), asosiasi pilot di Amerika Serikat juga mengatakan ada prosedur yang perlu ditambah lagi (di dalam manual)," ujar Sekretaris Jenderal INACA Tengku Burhanuddin di Kantor Kementerian Perhubungan, Kamis, 29 November 2018.
Burhanuddin menyebut bukan hanya INACA yang menyebut buku manual penerbangan keluaran Boeing itu belum lengkap, melainkan sebagian pilot negeri Abang Sam. Ia menyebut kekurangan itu merupakan salah satu permasalahan.
Padahal sesuai peraturan yang dikeluarkan oleh Federal Aviation Administration, Boeing mesti memberitahukan secara menyeluruh mengenai pesawat yang dikeluarkan oleh pabrikannya. "Jadi bisa saja Boeing tidak mengatakan hal seperti yang diharapkan."
Baca berita tentang Lion Air lainnya di Tempo.co.
CAESAR AKBAR