Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Garuda Akhirnya Hapus Kebijakan yang Forsir Awak Kabin

Garuda Indonesia sebelumnya mengharuskan awak kabin melakoni penerbangan jarak jauh pergi-pulang nonstop.

11 Desember 2019 | 07.34 WIB

Warga melintasi karangan bunga ucapan terima kasih hingga dukungan kepada Menteri BUMN di halaman Kementerian BUMN Jakarta, Jumat 6 Desember 2019. Karangan bunga terima kasih dan dukungan tersebut dikirim ke kantor Kementerian BUMN menyusul pemecatan Direktur Utama Garuda Indonesia Ary Ashkara oleh Menteri BUMN. Tempo/Tony Hartawan
Perbesar
Warga melintasi karangan bunga ucapan terima kasih hingga dukungan kepada Menteri BUMN di halaman Kementerian BUMN Jakarta, Jumat 6 Desember 2019. Karangan bunga terima kasih dan dukungan tersebut dikirim ke kantor Kementerian BUMN menyusul pemecatan Direktur Utama Garuda Indonesia Ary Ashkara oleh Menteri BUMN. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Manajemen maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk telah menghapus kebijakan penerbangan yang semula ditengarai memforsir awak kabin. Kebijakan tersebut sebelumnya mengharuskan awak kabin melakoni penerbangan jarak jauh pergi-pulang nonstop.

Surat pemberitahuan terkait kebijakan anyar ini tersebar di grup perpesanan instan awak kabin Garuda Indonesia pada hari ini, Selasa, 10 Desember 2019. Surat itu dikirimkan oleh Senior Manager Flight Assignment Garuda Indonesia atas perintah Board of Director Garuda Indonesia atau BOD kepada seluruh Station Manager, Senior Manager Unit JKTOGC, dan Station Manager Unit JKTCCR.

Tempo menerima pesan terusan tersebut dari salah satu sumber di lingkungan internal Garuda Indonesia. Dalam surat ini, manajemen memastikan telah terjadi rotasi awak kabin sebagai hasil adit yang dilakukan oleh Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Kementerian Perhubungan.

"Terkait dengan hasil audit DKUPPU dan arahan penyesuaian schedule cabin crew untuk beberapa rute penerbangan yang sebelumnya diterbangkan vv (return flight/penerbangan PP) menjadi kembali RON (remain over night) at station, berikut kami sampaikan rute penerbangan station yang dimaksud," seperti dikutip dari surat tersebut.

Adapun rute yang terdampak penyesuaian adalah Bali-Narita-Bali, Jakarta-Nagoya-Jakarta, Jakarta-Meulbourne-Jakarta. Lalu, Denpasar-Meulbourne-Denpasar, Jakarta-Sydney-Jakarta, Denpasar-Sydney-Denpasar, Denpasar-Kansai-Denpasar. Kemudian Denpasar-Beijing-Denpasar, Jakarta-Shanghai-Jakarta, Denpasar-Shanghai-Jakarta, Denpasar-Xianyang-Denpasar, dan Jakarta-Hong Kong-Jakarta.

Isi surat itu memerintahkan seluruh Station Manager Garuda mempersiapkan akomodasi bagi awak kabin sesuai dengan kebutuhan. Dalam surat itu, Stasion Manager Unit JGKOGC turut diperintahkan untuk mengirimkan rotasi awak kabin terbaru ke unit terkait.
Sedangkan Station Manager Unit JKTCCR diminta untuk dapat melakukan penyesuaian penugasan awak kabin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo



Tempo telah mencoba mengkonfirmasi kepada Plt Direktur Utama Garuda Indonesia Fuad Rizal. Namun pesan tersebut tak direspons. Sedangkan Ketua Ikatan Awak Kabin Garuda Indonesia Zaenal Muttagin membenarkan informasi itu. Namun, ia menyebut kebijakan ini belum terealisasi. "Pelaksanaannya belum dilakukan secara menyeluruh," tuturnya.

Sejumlah pramugari Garuda Indonesia Persero sebelumya mengeluhkan sistem kerja pergi-pulang era kepemimpinan direktur utama lama, Ari Askhara. Sekretaris Jenderal Ikatan Awak Kabin Garuda Indonesia (IKAGI) Jacqueline Tuwanakotta mengatakan pramugari acap tak memiliki waktu istirahat saat menjalani penerbangan jarak jauh akibat sistem tersebut.

"Contoh Jakarta-Sydney-Jakarta harusnya 3-4 hari menjadi PP. Hal itu membawa dampak enggak bagus ke awak kabin," kata Jacquline saat ditemui di kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara atau BUMN, Jakarta Pusat, Senin, 9 Desember 2019.

Karena sistem anyar ini, menurut Jacquline , ada delapan pramugari anggota IKAGI yang tumbang. Ia mengklaim delapan karyawan sakit hingga opname setelah sistem itu diberlakukan. Adapun sistem kerja pramugari tersebut mulai efektif pada Agustus 2019 lalu.

Cerita yang sama disampaikan oleh anggota IKAGI lainnya, Hersanti. Hersanti menyebut sempat merasakan sistem ini sebagai dampak efisiensi saat melakukan penerbangan ke Meulbourne.

"Saya baru tiba (mendarat) dan ke sini agak meriang. Sepanjang 18 jam saya harus bekerja buka mata dan lain-lain," kata Hersanti. Ia mengakui sistem kerja pergi-pulang kerap hanya berlaku bagi pramugari. Sedangkan kokpit atau awak fight deck diberikan waktu rehat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, ia bergabung dengan Tempo pada 2015. Kini meliput isu politik untuk desk Nasional dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco. Ia meliput kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke beberapa negara, termasuk Indonesia, pada 2024 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus