Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga riset properti Jakarta Property Institute mencatat bahwa survei yang dilakukan kepada milenial menunjukkan ada sejumlah faktor yang menentukan keinginan untuk tinggal di apartemen yang ada di Jakarta. Alasan itu antara lain adalah lokasi tempat tinggal, biaya transportasi, dan waktu tempuh yang minim.
Berdasarkan survei Jakarta Property Institute (JPI) terhadap 300 orang responden yang tersebar di seluruh Jabodetabek, ditemukan peminat apartemen di pusat kota Jakarta dari kalangan milenial mencapai 54 persen. "Berbeda dengan generasi sebelumnya, ternyata generasi milenial lebih siap tinggal di hunian vertikal," kata Direktur Program Jakarta Property Institute (JPI) Mulya Amri saat melakukan paparan di Jakarta, Kamis 5 Maret 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Namun, pada kenyataannya tak semua milenial yang memiliki keinginan untuk tinggal di apartemen bisa langsung membeli atau menyewa apartemen. Pasalnya, harga apartemen yang terjangkau di Jakarta sudah sangat minim. Harga apartemen juga terus melejit dari waktu ke waktu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Padahal, berdasarkan hasil survei, 82 persen responden hanya memiliki kemampuan mencicil apartemen yang terbatas, yakni di angka Rp 3 juta per bulan. Lebih tepatnya, 54 persen ingin membayar Rp 1-3 juta dan 28 persen kemampuan membayarnya di bawah Rp1 juta per bulan.
Pengembang swasta berusaha menyediakan apartemen terjangkau contohnya di daerah Kemayoran dipatok Rp 380 juta hingga R p667 juta. Dengan harga jual tersebut, nilai cicilannya akan berada di kisaran Rp3,8 juta - Rp6,6 juta per bulan untuk tenor 15 tahun.
Besaran cicilan tersebut pun ternyata dinilai masih di luar kemampuan 82 persen responden milenial. Adapun, rusunami DP nol rupiah yang dibangun oleh Pemerintah DKI Jakarta yaitu Rusunami Klapa Village di Jakarta Timur dijual Rp184 juta - Rp300 juta dengan cicilan kredit sekitar Rp 2,4 juta per bulan untuk tenor 15 tahun. "Penyediaan hunian terjangkau di kota memang harus didukung oleh kebijakan dan subsidi pemerintah" ujar Mulya.
BISNIS