Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta – PT Jasa Marga (Persero) Tbk siap menawarkan sembilan ruas jalan tol kepada investor dengan pendanaan melalui Lembaga Pengelola Investasi (SWF Indonesia) atau Indonesia Investment Authority (INA).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Keuangan Jasa Marga Donny Arsal mengatakan perseroan telah melakukan diskusi intensif dengan pemerintah untuk mengikutsertakan portofolio sembilan ruas jalan tol dalam portofolio SWF.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Untuk jalan tol, project management office-nya sudah dibentuk dan berkoordinasi dengan Kementerian BUMN untuk persiapkan aset-aset yang diperlukan untuk menghire konsultan yang diperlukan,” ujar Donny dalam diskusi virtual, Senin, 8 Maret 2021.
Sembilan ruas jalan bebas hambatan itu meliputi Tol MedanKualanamu-Tebing Tinggi dengan panjang 61,7 kilometer. Jasa Marga saat ini memegang porsi kepelmilikan saham 55 persen. Kemudian Tol Jakarta-Cikampek II Elevated sepanjang 36,4 kilometer dengan kepemilikan saham 80 persen.
Ruas tol selanjutnya dalah Semarang-Batam sepanjang 75 kilometer dengan kepemilikan 40 persen. Lalu, Tol Gempol-Pandaan 13,6 kilometer dengan kepemilikan saham 40 persen.
Tol selanjutnya adalah Pandaan-Malang sepanjang 38,9 kilometer dengan kepemilikan saham 60 persen; Tol Gempol-Pasuruan sepanjang 34,2 kilometer dengan kepemilikan saham 99 persen; dan Balikpapan-Samarinda sepanjang 98,9 kilometer dengan kepemilikan saham 67 persen.
Jasa Marga juga menyiapkan Tol Manado-Bitung sepanjang 39,9 kilometer dengan kepemilikan saham 65 persen dan Tol Bali-Mandara sepanjang 9,7 kilometer dengan kepemilikan saham 65 persen. Donny mengatakan perusahaannya menyambut baik potensi pendanaan proyek melalui INA.
Ia mengatakan penawaran aset sudah dibicarkan dengan pengelola jalan tol lain, termasuk Waskita dan Hutama Karya. “Sehingga persiapan aset ini segera memasuki tahap negosiasi,” katanya.
Donny menjelaskan, Jasa Marga saat ini memiliki 21 anak perusahaan. Namun dari 21, baru sebanyak 18 dianggap sudah siap mengalami asset recycling atau daur ulang aset karena proyek-proyeknya telah memasuki tahap brownfield atau siap secara fisik.
“Brown field ini menghilangkan dua risiko utama, yakni pembebasan lahan maupun konstruksi baik keterlambatan konstruksi maupun eskalasi biaya konstruksi,” kata dia. Dengan demikian, risiko yang dihadapi anak usaha Jasa Marga ini tinggal masalah tarif dan lalu-lintas.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA