Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta -Aliansi Petani Indonesia (API) mewanti-wanti pemerintah bahwa stok hingga pasokan beras akan menyusut drastis jika pertalite dan solar atau BBM bersubsidi dinaikkan di tengah tingginya angka inflasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sekretaris Jenderal API Muhammad Nuruddin mengatakan, pasokan beras itu sangat sensitif terhadap pergerakan harga BBM seperti pertalite dan solar. Jika harga BBM itu naik dipastikannya harga beras akan ikut terkerek naik dan menyebabkan stok beras di kalangan petani akan langsung dilepas ke pasar dalam jumlah banyak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Paling kritis ini kan, pertalite aja mau dinaikkan Rp 10 ribu itu artinya gejolak harga pangan disebabkan kenaikan BBM," kata Nuruddin saat dihubungi, Sabtu, 20 Agustus 2022.
Dia mengatakan, stok beras yang selama ini dibanggakan pemerintah sebanyak 10,15 juta ton hingga April 2022 sebetulnya bukan angka sesungguhnya besaran stok beras yang ada di pasaran dan siap dijual kepada konsumen. Menurut Nuruddin di dalam itu juga ada stok beras yang ada di rumah tangga petani yang selama ini tidak dilepas ke konsumen.
"Itu kan cadangan beras di level rumah tangga yang besar, memang banyak petani yang tidak menjual seluruh gabah ke pasar karena lihat perubahan iklim ini dia simpan, lumayan besar itu sekitar hampir 1 juta ton," ucap dia.
Di sisi lain di melanjutkan, musim panen raya juga sudah habis dan kini tengah memasuki masa musim tanam utama. Dengan demikian, stok beras akan mudah terkikis di tengah tingginya angka inflasi dan rencana kenaikan harga BBM bersubsidi.
"Coba lihat saja menjelang musim tanam pertama di bulan Desember ini, pasti itu akan mengalami kekurangan beras, dari sisi distribusi, karena permintaannya juga akan tinggi karena faktor musiman. Itu kan ditambah harga BBM naik itu juga akan memacu inflasi," kata Nuruddin.
Guna menstabilkan harga pangan, khususnya beras pasca naiknya harga BBM dan faktor musiman, Nuruddin berpendapat, pemerintah juga belum memiliki cadangan beras untuk operasi pasar yang memadai. Karena itu, dia memperkirakan, cadangan beras mendatang akan sangat terkikis.
"Untuk mencegah gejolak harga pangan apakah akan mengeluarkan cadangan pemerintah itu. Kalau produksi nasional kan 31 juta ton, cadangan beras pemerintah kan 1 juta, kurang 2 juta, 10 persen sebetulnya supaya dilakukan operasi pasar untuk menekan gejolak harga itu," kata Nuruddin.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, pekan depan Presiden Joko Widodo atau Jokowi akan mengumumkan soal kenaikan harga BBM bersubsidi.
Menurut Luhut, kenaikan harga pertalite dan solar dilakukan lantaran pemerintah telah memberi subsidi yang besar untuk energi hingga membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) begitu kuat.
"Nanti mungkin minggu depan Presiden akan mengumumkan mengenai apa bagaimana kenaikan harga ini," ujarnya di Universitas Hasanuddin, Makassar, seperti dikutip dalam video YouTube pada Jumat, 19 Agustus 2022.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.