Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setahun sudah Susi Pudjiastuti menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan. Banyak pernyataan dan kebijakan yang dinilai kontroversial dan kerap membuat gaduh masyarakat.
Salah satu pernyataan yang membikin heboh publik adalah keinginannya mundur dari Kabinet Kerja. September lalu, di depan anggota Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia, Menteri Susi mengutarakan niat mundur. Pemilik maskapai Susi Air ini memilih mundur bila pemerintah tetap melegalkan penangkapan ikan pukat hela (trawl).
Susi memang kerap berbicara keras soal penangkapan ikan dengan menggunakan trawl karena dapat mengganggu ekosistem laut. Pernyataan Susi yang melarang penggunaan trawl banyak mendapat protes dari pengusaha perikanan. Namun ia tetap tak bergeming dan terus menyuarakan larangan penggunaan trawl dalam penangkapan ikan.
Pada Oktober lalu, Susi kembali mengungkapkan keinginan mundur. Alasannya kala itu, kinerja Kementerian Kelautan sudah semakin baik, sehingga ia tak perlu lagi berlama-lama menjadi menteri. Mei lalu, ia juga sempat bicara soal adanya iming-iming uang Rp 5 miliar agar dia mengundurkan diri sebagai menteri.
Simak: Kaleidoskop 2015
Namun, pada November lalu, Menteri Susi membantah akan mundur dari Kabinet Kerja dan mengaku kaget dengan pemberitaan itu. Ia menegaskan sama sekali tak berniat mundur.
Belum reda isu pengunduran dirinya, Susi kembali melontarkan pernyataan yang menghebohkan. Menteri asal Pangandaran ini melarang penggunaan kata “bersayap” di kementeriannya. Kata-kata bersayap ini, menurut dia, berpotensi membawa lari uang negara.
Susi menuturkan kata-kata yang selama ini punya makna bersayap di antaranya penguatan, pendampingan, perluasan, ekstensifikasi, dan intensifikasi. Kata-kata ini, ujar Susi, tidak konkret dan cenderung bermakna lain. "Kata-kata tersebut saya larang, karena saya pusing bacanya. Susah saya mengerti maksudnya," ucap Susi dalam kicauan lewat akun resmi Twitter-nya, Ahad, 13 Desember lalu.
Pernyataan ini pun memicu pro dan kontra. Pihak yang sependapat dengan Menteri Susi menyatakan kata-kata bersayap identik dengan gaya bahasa birokrat yang sering kali melenceng dari makna sebenarnya. Sejumlah menteri pun mengikuti jejak Susi dengan tidak menggunakan kata-kata bersayap dalam kebijakannya.
TIM TEMPO
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini