Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - General Manager Asia Tenggara Kaspersky Yeo Siang Tiong menjelaskan pelanggaran data dapat berdampak buruk pada reputasi organisasi yang mengelola data pribadi. Menurut dia, hal itu berlaku untuk semua sektor, termasuk dalam kasus kebocoran data oleh akun anonim Bjorka di salah satu forum online breached.to.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Yeo Siang Tiong menjelaskan ada beberapa praktik yang perlu dilakukan untuk menangkis pelanggaran data oleh organisasi atau lembaga pemerintahan. Pertama, gunakan pelatihan dan aktivitas yang akan mendidik karyawan tentang dasar-dasar keamanan siber, misalnya, untuk tidak membuka atau menyimpan file dari email atau situs web yang tidak dikenal karena dapat membahayakan seluruh perusahaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kedua, ingatkan staf secara teratur tentang cara menangani data sensitif, misalnya, untuk menyimpan hanya di layanan cloud tepercaya dengan autentikasi diaktifkan. Jangan membagikannya dengan pihak ketiga yang tidak tepercaya," ujar dia kepada Tempo pada Selasa, 20 September 2022.
Praktik ketiga, menerapkan penggunaan perangkat lunak yang sah, diunduh dari sumber resmi. Selanjutnya keempat, buat cadangan data penting, serta perbarui peralatan dan aplikasi teknologi informasi atau TI secara teratur untuk menghindari kerentanan yang belum ditambal yang dapat menjadi alasan pelanggaran.
Kelima, gunakan produk keamanan data khusus yang menuntut manajemen minimum, memungkinkan karyawan melakukan tugas utama mereka, tapi melindungi dari malware, ransomware, pengambilalihan akun, penipuan online, dan penipuan. Salah satu contohnya produk milik perusahaan keamanan siber asal Rusia seperti Kaspersky Endpoint Security for Business.
"Ini juga melindungi perusahaan dari malware dan memutar balik aktivitas berbahaya; membantu menjaga server file tetap terlindungi dan menegakkan kebijakan kata sandi; melindungi detail pembayaran selama pembayaran online; dan memungkinkan enkripsi untuk menjaga data sensitif terlindungi di perangkat," kata Yeo Siang Tiong.
Dia juga membeberkan langkah lain yang dapat diambil secara proaktif untuk mengurangi dampak pelanggaran data juga bergantung pada jenis pelanggaran yang dialami. Salah satunya demgam mencari tahu dengan tepat data apa yang mungkin telah dicuri. Ini akan memberi gambaran tentang seberapa parah situasi.
Misalnya, kata Yeo Siang Tiong, jika data pribadi seperti NRIC, nama, atau alamat bocor, maka harus bertindak cepat untuk memastikan identitas pemilik tidak dicuri. "Ini lebih serius daripada sekadar kehilangan detail kartu kredit Anda," tutur Yeo Siang Tiong.
Selanjutnya: Masyarakat diminta mengawasi serangan manipulasi psikologis.
Selain itu, jika pelanggaran melibatkan informasi keuangan, beri tahu bank dan lembaga keuangan mana pun yang pengguba miliki akunnya, dan ubah kata sandi di semua akun, termasuk pertanyaan keamanan dan kode PIN. Pertimbangkan juga untuk pembekuan kredit. "Perlu juga memantau akun Anda untuk mencari tanda-tanda aktivitas baru. Jika Anda melihat transaksi yang tidak Anda kenali, segera atasi," ucap dia.
Yeo Siang Tiong juga meminta agar mewaspadai jenis serangan manipulasi psikologis lainnya. Misalnya, jika seorang pelaku kejahatan dapat mengakses akun hotel, bahkan tanpa data keuangan, dia dapat menelepon pelanggan untuk meminta umpan balik tentang kunjungan terakhir mereka.
Setelah menjalin kepercayaan di akhir panggilan, pelaku kejahatan tadi dapat menawarkan pengembalian dana atas berbagai biaya dan meminta nomor kartu pelanggan untuk melakukan transaksi. "Jika panggilan tersebut meyakinkan, sebagian besar pelanggan mungkin tidak akan berpikir dua kali untuk memberikan detail tersebut," tutur dia.
Selain itu Yeo Siang Tiong juga memberikan rekomendasi dan langkah lanjutan dari Kaspersky agar organisasi dapat membentengi diri dengan pertahanan siber yang baik. Di antaranya adalah memantau tren dan serangan terbaru, serta memotivasi karyawan untuk melaporkan temuan dan kontak yang mencurigakan.
Pastikan organisasi atau lembaga tersebut menggunakan versi terbaru dari sistem operasi pilihannya, dengan fitur pembaruan otomatis diaktifkan untuk memastikan perangkat lunak selalu mutakhir. Serta membuat cadangan data penting dan perbarui peralatan dan aplikasi TI secara berkala.
"Selanjutnya, perlu memasukkan umpan ancaman global ke dalam sistem mereka yang dapat memberikan visibilitas mendalam ke organisasi penargetan ancaman siber seperti Kaspersky Threat Intelligence," ujar Yeo Siang Tiong.
Baca: Potongan Komisi oleh Aplikator Ojol Masih Tinggi, Pengemudi: Bukti Pemerintah Tak Berdaya
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini