TEMPO.CO,
Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyatakan kebocoran pipa gas 20 OD di Perairan Bojonegara mengganggu operasi pembangkit
listrik tenaga gas uap (PLTGU) di Cilegon, Banten. Karena insiden ini, pasokan gas yang rata-rata mencapai 56 billion british thermal unit per hari (BBTUD) menjadi berhenti.
"Pasokan gas ke PLNnya dari 56 BBTUD menjadi 0 BBTUD," ujar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Djoko Siswanto di kompleks parlemen, Senin 9 Juli 2018.
Pasokan gas berasal dari Blok Southeast Sumatera yang dikelola China National Offshore Oil Corporation (CNOOC). Pengeborannya berada di lepas pantai Laut Jawa, kurang lebih 90 km sebelah utara teluk Jakarta. Pipa yang terpasang di bawah laut ini menghubungkan terminal gas Pabelokan di Kepulauan Seribu dengan pesisir Cilegon. Hingga berita ini ditulis, Manager Relation CNOOC SES Ltd Dany Surjalesmana tak menjawab konfirmasi Tempo.
Kebocoran pipa, kata Djoko, diketahui pemerintah saat kontraktor melaporkan penurunan tekanan dari 765 ke 19 poundforce per square inch (psig) di gas metering system Cilegon pukul 08.51 WIB, kemarin. Tak sampai sepuluh menit, kontraktor kemudian menutup katup pipa. Meski sudah ditutup, sebagian gas bertekanan 443 psig menyembur ke permukaan laut. Lokasi semburan, menurut salinan laporan awal kejadian yang diterima Tempo, berjarak 1,5 km dari bibir pantai Cilegon. Tekanan gas baru berkurang dua jam setelahnya.
Kementerian Energi sudah mengirim tim penyelam untuk memeriksa langsung penyebab kerusakan pipa. Kontraktor juga diminta menurunkan tekanan gas dari sumur produksi Mila-a, Asti-a, dan Banuwati-a. Gas yang masih mengalir dialihkan ke fasilitas flaring.
Direktur Teknik dan Lingkungan Kementerian, Suryaningsih, menduga fasilitas itu bocor karena terkena jangkar kapal. "Karena external force. Dugaan kuat kemungkinan dari jangkar kapal," tutur dia kepada Tempo.
Suryaningsih memastikan kandungan gas dari semburan itu mencapai 95 persen dan karbon dioksida sebesar 5 persen. Dia menaksir kerusakan lingkungan akibat kebocoran sangat rendah karena materialnya tak mengandung kondensat yang tergolong beracun bagi ekosistem laut.
Direktur Pengadaan Strategis PLN, Supangkat Iwan Santoso, mengemukakan PLTGU Cilegon masih beroperasi. Hanya, produksi setrumnya turun separuh ke 300 megawatt (MW) dari biasanya 600 MW. Selain dari Blok Southeast Sumatera, pembangkit juga memperoleh gas dari PT PGN Tbk melalui pipa South Sumatera West Java I.
Iwan menuturkan pasokan
listrik untuk Banten dan sekitarnya tetap normal karena sistem Jawa-Bali memiliki surplus daya sebesar 30 persen. "Ada listrik dari PLTU Labuan berkapasitas 2x300 MW di Pandeglang dan PLTU Lontar berkapasitas 3x315 MW sebagai back up," ujar Iwan.
Semburan pipa juga sempat mengganggu lalu lintas pelayaran. Pasalnya, menurut Kepala Unit Penyelenggara Pelabuhan Bojonegara Kant Dicky Eka Kunarko Putra, lokasi semburan persis berada di pintu masuk pelabuhan. Sebagai antisipasi, operator pelabuhan sudah mengirim vessel traffic services yang mengarahkan kapal yang untuk menggunakan jalan lain. Kapal patroli Trisula milik Pangkalan Penjagaan Laut dan Pantai Tanjung Priok juga membantu mengamankan alur pelayaran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini