Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di balik pintu biru, apa pun bisa terjadi. Bedu, pelawak yang biasa bermain lenong, tak punya secuil pun ide ketika dia harus berpakaian dokter. Ternyata, di dalam ruangan, di balik pintu biru itu, ”dokter” Bedu disambut seorang suster dan membawa alat suntik palsu sebesar guling. Suster itu berlagak menggoda dengan mesra. Roknya pendek, rambutnya terurai, gincunya merah menyala.
Bedu, yang tidak dibekali skenario peran dan jalan cerita, berlagak sebagai dokter yang punya affair dengan si suster. Ketika ada seorang perawat perempuan lain—berpakaian lebih tertutup, dengan kemeja dan celana panjang putih—Bedu merespons sebagai dokter yang tidak ingin ”acaranya” dengan si suster genit terganggu. Maka diusirlah si perawat.
Di akhir cerita, muncullah laki-laki, kolega Bedu. Dia mengingatkan bahwa apa yang dilakukan Bedu itu salah. Bedu menduga, yang ”salah” itu adalah dokter berpacaran dengan suster. Tapi, ternyata, yang dimaksud adalah dokter tidak boleh berpacaran dengan pasien. Dan dalam situasi itu, Bedu adalah dokter penyakit jiwa, dan si suster seksi adalah pasiennya. ”Dokter” Bedu pun bengong setelah menyadari skenario yang sebenarnya. ”Dokter yang baik itu harus menyelami keadaan si pasien sebisa mungkin, pasiennya gila, dokternya harus ikut gila,” kurang lebih jawaban Bedu menyelamatkan diri.
Itu adalah penggalan Akhirnya Datang Juga. Acara komedi improvisasi ini telah ditayangkan Trans TV, sekitar satu setengah bulan ini, setiap Ahad malam. Ramuan acara berdurasi satu jam—termasuk jeda iklan—adalah dengan menghadirkan empat bintang tamu, biasanya selebriti. Mereka masing-masing harus bermain dalam sebuah cerita yang skenarionya tak mereka ketahui. Dalam segmen berikutnya, keempat bintang itu bermain bersama dalam satu situasi, juga tanpa skenario. ”Mereka harus berani menebak dan berimprovisasi,” kata Mohammad Ikhsan, produser Akhirnya Datang Juga.
Setiap bintang tamu didandani sesuai dengan fragmen yang akan dimainkan. Si pembawa acara, Winky Wiryawan—juga seorang aktor—mengantarkan bintang tamu ke depan pintu biru. Segera setelah memasuki pintu, si bintang tamu disambut seorang pemain, sembari mengatakan: ”Akhirnya datang juga.…” Satu segmen diakhiri dengan bel yang dipencet oleh juri, yaitu aktor senior Didi Petet. Didi juga memberikan komentar terhadap penampilan setiap bintang, dan memilih satu dari empat bintang tamu sebagai bintang yang berpenampilan paling menarik versi Didi. Hadiahnya berupa plakat berbentuk pintu biru. ”Suka-suka saya saja memilihnya. Ini hanya hiburan,” kata Didi.
Memang, Akhirnya Datang Juga adalah acara hiburan. Unsur kejutan yang berbuntut kelucuan menjadi kekuatan acara ini. ”Jadi, bintang tamunya harus berani tampil ‘gila’,” kata Didi. Sebab, menurut Didi, acara ini sama sekali bukan kompetisi kecanggihan seni peran. Seorang aktor berpengalaman pun belum tentu mampu tepat berimprovisasi dalam acara ini. ”Tapi ada juga yang bisa membentuk cerita meski tak tahu skenarionya. Itu namanya bakat,” kata Didi sembari mencontohkan penampilan Komeng, pelawak yang mengisi acara ini, Ahad lalu.
Akhirnya Datang Juga ini sebenarnya merupakan adaptasi dari Thank God You’re Here, yang diputar di Network Ten, televisi Australia. Acara yang diciptakan rumah produksi Working Dog Productions ini telah ditayangkan sejak April 2006 dan telah memasuki musim ketiga di Australia. Acara ini juga menduduki urutan ketiga acara paling banyak ditonton di Australia. Kini Thank God You’re Here telah diadaptasi di 14 negara, termasuk Amerika Serikat dan Inggris.
Urutan acara Akhirnya Datang Juga tentu saja masih kalah dibanding sinetron. Namun ramuan komedi improvisasi yang diputar pada jam tayang utama tetap bisa menjadi alternatif bagi penonton yang muak terhadap berbagai sinetron yang ada.
Bina Bektiati
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo