Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ringkasan Berita
Selain menghadapi beban produksi yang meningkat, permintaan di pasar domestik ataupun global masih lesu.
Asosiasi pengusaha memperkirakan kontraksi manufaktur bisa berlanjut hingga akhir kuartal kedua 2025, bahkan mungkin sampai akhir tahun.
Pemerintah disarankan menyusun strategi industrialisasi yang jelas dan konsisten, disertai dokumen peta jalan.
INDEKS Manajer Pembelian atau Purchasing Managers' Index (PMI) sektor manufaktur Indonesia merosot tajam sebesar 5,7 poin ke level 46,7. Dengan ambang batas ekspansi di level 50, angka ini menandakan sektor manufaktur masuk fase kontraksi setelah empat bulan bertahan di zona ekspansi.
Berdasarkan laporan S&P Global, kontraksi sektor manufaktur dipicu oleh penurunan tajam pada volume produksi dan pesanan baru. "Data terbaru menunjukkan penurunan tajam pada pekerjaan baru untuk pertama kalinya dalam lima bulan. Permintaan dilaporkan melemah, baik dari pasar domestik maupun luar negeri," demikian tertulis dalam rilis yang diterbitkan pada 2 Mei 2025.
Lesunya permintaan mendorong banyak perusahaan mengurangi aktivitas pembelian dan memangkas perekrutan tenaga kerja pada awal triwulan II. Untuk menjaga efisiensi, perusahaan juga memilih mengurangi inventaris dengan memanfaatkan stok input dan barang jadi guna menyelesaikan produksi serta memenuhi pesanan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo