Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Singapura menjadi salah satu kota dengan biaya hidup paling mahal di dunia. Data tersebut diungkapkan oleh Economist Intelligence Unit (EIU) dalam riset berjudul Worldwide Cost of Living (WCOL) 2022. Hasil survei dirancang untuk membantu ekspatriat dan pelancong bisnis yang hendak tinggal di salah satu negara anggota ASEAN itu. Lantas, kenapa biaya hidup di Singapura mahal?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Melansir situs resmi Pemerintah Singapura, survei WCOL tidak mencerminkan biaya hidup warga Singapura. Informasi yang diperoleh EIU berdasarkan pantauan harga sejumlah produk dan layanan umum di berbagai kota. Indikator biaya hidup yang lebih representatif di negara dengan ikon patung singa dan air mancur itu menggunakan Indeks Harga Konsumen (CPI) yang diterbitkan oleh Departemen Statistik Singapura.
Kenapa Biaya Hidup di Singapura Mahal?
Meskipun memiliki luas daratan tak lebih besar daripada Jakarta, negara yang baru merdeka pada 9 Agustus 1965 ini dikenal memiliki tarif standar hidup yang sangat tinggi. Untuk menjawab rasa penasaran Anda, berikut alasan biaya hidup di Singapura mahal yang dihimpun dari situs Dollars and Sense dan SmartWealth.
1. Inflasi Tinggi
EIU menyebut inflasi tinggi sebagai faktor utama besarnya biaya yang harus disiapkan untuk bertahan hidup di Singapura. Menurut survei, harga rata-rata barang dalam mata uang lokal (dolar Singapura atau SGD) melonjak 8,1% dibandingkan pada 2021, yakni 3,5%. Harga bahan bakar minyak (BBM) menjadi produk paling meningkat cepat.
2. Dolar Singapura Menguat
Mata uang di negara ini melonjak lantaran Federal Reserve menaikkan suku bunga. Dolar Singapura menunjukkan ketahanan terhadap kenaikan karena cadangan mata uang asing yang tinggi dan surplus neraca yang berjalan stabil. Mata uang yang menguat akan cenderung menyebabkan tingginya pemeringkatan WCOL.
3. Terganggu Invasi Rusia – Ukraina
Inflasi harga makanan dan barang rumah tangga menjadi salah satu alasan kenapa biaya hidup di Singapura mahal. Pasca pembatasan kegiatan akibat pandemi Covid-19 ditambah perang antardua negara Rusia dan Ukraina harga komoditas energi terus melambung. Harga BBM tercatat mencapai SGD 4 atau sekitar Rp 43.902 (kurs Rp 10.975) pada Juni 2022.
4. Minim Lahan
Singapura memiliki total luas lahan 733,1 kilometer persegi dan dihuni 5,3 juta orang. Imbasnya, negara tetangga Indonesia ini tergolong negara dengan kepadatan penduduk tertinggi di dunia peringkat ke-3. Dengan tingginya pertumbuhan populasi dan tidak diimbangi peningkatan lahan, kurangnya ruang lahan menjadi masalah tersendiri.
5. Sedikit Sumber Daya Alam
Singapura sangat mengandalkan perekonomian dari kegiatan di laut karena berada di jalur strategis pelayaran dunia. Sayangnya, tanpa diversifikasi aktivitas lain, PDB negara ini juga akan terancam. Bahkan, untuk memenuhi kebutuhan air bersih, pemerintah setempat bergantung dari 250 juta galon sehari kiriman dari Malaysia.
6. Tren Harga Properti Naik
Permintaan akan properti di negara kawasan Asia Tenggara ini terus melambung. Untuk membeli flat HDB (Housing and Development Board) diperlukan uang SGD 495.000 (Rp 5,4 miliar). Sementara untuk orang asing akan dikenai biaya Bea Meterai Pembeli Tambahan (ABSD) hingga 30%. Hal inilah yang menjadi penyebab kenapa biaya hidup di Singapura mahal.
7. Biaya Kepemilikan Mobil Tertinggi di Dunia
Untuk membeli mobil di negara ini, pengendara harus memikirkan biaya lainnya, meliputi pajak jalan, asuransi mobil wajib, biaya servis dan perawatan, bensin, parkir, dan juga jalan tol (electronic road pricing). Karena ukuran Singapura yang sangat kecil, pemerintah setempat memberlakukan kebijakan kepemilikan mobil begitu ketat.
8. Investasi Pendidikan Mahal
Karena Singapura tidak dikaruniai lahan atau sumber daya alam melimpah, maka negara ini harus bergantung kepada rakyatnya. Cara yang ditempuh pemerintah ini ialah menetapkan biaya pendidikan yang amat tinggi. Selain untuk investasi masa depan, pendidikan baik bisa memberi keuntungan ekonomi bagi bangsa.
9. Impor Makanan dari Negara Lain
Lebih dari 90% makanan yang dikonsumsi di Singapura berasal dari luar negeri. Gangguan pasokan makanan di dalam negeri tidak hanya berimbas pada kebutuhan nutrisi warganya, tetapi juga terhadap kesehatan. Untuk mendapatkan makanan dari impor, negara ini harus membayar biaya tambahan termasuk pajak.
10. Biaya Akses Kesehatan Sangat Besar
Alasan kenapa biaya hidup di Singapura mahal juga berhubungan dengan akses perawatan kesehatan. Tingkat harapan hidup masyarakat negara ini relatif tinggi. Hal ini berpengaruh terhadap pemanfaatan fasilitas kesehatan yang semakin banyak dan lama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pilihan editor: Deretan Properti Sukanto Tanoto di Singapura hingga Eropa
NIA HEPPY | MELYNDA DWI PUSPITA