Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Kurs Rupiah dan Indeks Saham Jeblok, Ini Penyebabnya  

Analis pasar saham Lucky Bayu Purnomo mengatakan sentimen negatif punya andil cukup besar memicu larinya arus modal di pasar modal.

24 Agustus 2015 | 11.44 WIB

Layar elektronik Indeks Harga Saham Gabungan, Bursa Efek Indonesia, Jakarta, 16 Januari 2015. ANTARA/Puspa Perwitasari
Perbesar
Layar elektronik Indeks Harga Saham Gabungan, Bursa Efek Indonesia, Jakarta, 16 Januari 2015. ANTARA/Puspa Perwitasari

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta -Analis pasar saham Lucky Bayu Purnomo mengatakan sentimen negatif punya andil cukup besar memicu larinya arus modal di pasar modal. Namun Lucky melihat sentimen itu bukan satu-satunya yang membuat pasar modal terpuruk belakangan ini. "Fundamental emiten tertekan. Ada perusahaan yang tidak dapat hasil optimal," ucap Lucky kepada Tempo, Ahad, 23 Agustus 2015.

Larinya arus modal atau capital outflow tidak hanya melanda emiten kecil, tapi juga perusahaan badan usaha milik negara. Menurut Lucky, terkikisnya fundamental sejumlah BUMN lantaran menurunnya daya beli, baik di level domestik maupun internasional. "Kondisi permintaan sekarang memang tertekan," kata analis dari LBP Enterprise itu.

Lucky melihat pergerakan perusahaan terbuka di lantai bursa tidak leluasa. Masih stagnannya tingkat suku bunga ditambah dengan inflasi secara tidak langsung berdampak ke sektor riil. Saat ini, lanjutnya, sektor mengalami perlambatan sebagai dampak dari kondisi pasar tertekan.

Pelemahan indeks harga saham gabungan (IHSG) telah melebihi 4,4 persen pada Senin pagi 24 Agustus 2015. Seluruh indeks sektoral melemah pada kisaran 3-6 persen.

Semua atau sembilan indeks sektoral Bursa Efek Indonesia bergerak di zona merah. Pelemahan paling tajam terjadi pada indeks sektor industri dasar yang anjlok 6,13 persen dan indeks sektor agribisnis yang merosot 5,98 persen.

Sektor industri dasar tertekan oleh pelemahan pada 27 dari 64 saham. Produsen semen PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk (INTP) yang jatuh 6,94 persen dan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) yang jatuh 6,58 persen adalah beban utama.

Indeks sektor agribisnis terseret oleh pelemahan pada 12 dari 21 saham anggota. Produsen sawit seperti PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) dan PT PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP) anjlok lebih dari 7 persen.

IHSG mengawali pekan ini dengan pelemahan 2,18 persen atau 94,65 poin ke level 4.241,31. Indeks sudah jatuh 4,40 persen atau turun 190,79 poin ke level 4.145,16 pada pukul 09.39 WIB.

IHSG Bursa Efek Indonesia sejak dibuka pagi tadi langsung melanjutkan pelemahan sebesar 94,64 poin seiring dengan sentimen mengenai perekonomian global yang masih negatif.

Indeks dibuka melemah 94,64 poin atau 2,18 persen menjadi 4.241,30. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau LQ45 bergerak turun 28,31 poin (4,19 persen) menjadi 696,73.

ADITYA BUDIMAN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Agus Supriyanto

Agus Supriyanto

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus