Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Boyolali - Target panen gula di Kabupaten Boyolali sebanyak 2,1 ton pada 2016 diprediksi tidak akan tercapai lantaran terjadinya penyusutan lahan tebu. “Penyusutan lahan tebu di Boyolali saat ini sekitar 10 persen jika dibandingkan dengan luas lahan tebu pada tahun lalu,” kata Kepala Bidang Produksi Perkebunan Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Boyolali Widodo pada Senin, 25 April 2016.
Widodo mengatakan, pada musim panen 2015, luas lahan tebu di Boyolali mencapai 438.440 hektare. Adapun untuk musim panen 2016, luas lahan tebu yang ditanami pada medio 2015 menyusut 43.844 hektare hingga tinggal 394.596 hektare.
Di Boyolali, tebu biasa ditanam di wilayah utara, seperti di Kecamatan Wonosegoro, Andong, Kemusu, Klego, Simo, dan Nogosari. Sebelumnya, Widodo berujar, perbandingan lahan pertanian irigasi teknis dan daerah tegalan atau tadah hujan yang ditanami tebu itu 70:30.
Artinya, tebu ditanam di sekitar 70 persen lahan pertanian irigasi teknis dan di 30 persen daerah tegalan. “Sekarang yang terjadi kebalikannya. Tebu ditanam di 70 persen daerah tegalan,” ujar Widodo. Menurut dia, penyusutan lahan tebu terjadi karena harga jualnya tidak seimbang dengan besarnya biaya perawatan tanamannya.
Pada 2014, harga pembelian pemerintah (HPP) gula sebesar Rp 8.500 per kilogram. Namun, pabrik gula membeli gula dengan harga Rp 8.000 per kilogram. “Isu adanya gula impor dari luar negeri juga mengakibatkan harga anjlok sehingga minat petani menanam tebu menurun,” kata Widodo.
Walhasil, meski lahannya cocok untuk tanaman tebu, sebagian petani di daerah irigasi teknis, seperti di Kecamatan Sawit dan Banyudono, kini beralih menanam padi, singkong, dan jagung. Sebab, hasil menanam padi dan hortikultura dinilai lebih menguntungkan.
Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Bambang Purwadi mengatakan budi daya tebu di Boyolali dilakukan secara mandiri di mana petani menanam di lahan sendiri atau lahan sewa. Tebu hasil panennya kemudian dijual ke sejumlah pabrik gula, seperti PG Tasik Madu, Karanganyar; Gondang Baru, Klaten; dan PG Madukismo, Bantul.
“Tanaman tebu jenis bulu lawang yang banyak ditanam petani di Boyolali. Sebab, tanaman tebu jenis itu lebih tahan dalam kondisi kekurangan air sehingga sangat cocok ditanam di lahan Boyolali wilayah utara,” kata Bambang.
DINDA LEO LISTY
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini