Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DEMAM Tahapan (Tabungan Hari Depan) muncul di segala penjuru. Populalitas Tahapan tiba-tiba melambung. Menjadi bahan obrolan menarik, dari kantor, pasar, sampai warung di pinggir jalan. Tahaipan Yang diorbitkan oleh empat bank di bawah bendera kelompok BCA itu bahkan telah merenggut sebagian daya tarik SDSB. Sosok Mochtar Riady berada di balik demam yang mengejutkan itu. Bankir kelahiran Batu, Malang, yang 12 Mei lalu merayakan ulang tahunnya ke-60 itu dikenal bertangan dingin. Diaiah pemilik 17,5% saham di BCA, 49% di Lippobank, dan 9,7, di BUA -- bersama Liem Sioe Liong. Dan jurus yang dipilihnya kali ini benar-benar mengguncangkan. Untuk menguak latar belakang Tahapan dan apa tujuannya, berikut ini rangkuman dua wawancara wartawan TEMPO dengan Mochtar Riady. Pertama dilakukan Suhardjo Hs, di sela-sela seminar mempromosikan Indonesia di Hong Kong, pertengahan Mei lalu. Kedua, sari interviu Budiono Darsono, yang mencegatnya di Jakarta. Rangkuman itu: Tahapan lahir dari ide yang bagaimana? Untuk dapat membangun, Indonesia membutuhkan banyak dana. Dana itu sebenarnya ada di Indonesia. Masalahnya, bagaimana dana yang tersebar itu dapat kita pancing, sehingga terkumpul menjadi kekuatan yang luar biasa. Kita tak bisa hanya mengandalkan Tabanas, antara lain karena Tabanas -- kurang memberi rangsangan. Penarikannya saja dibatasi dua kali sebulan. Dan hadiahnya sangat kecil, hanya 2,5 sampai 5 juta rupiah, tertinggi. Padahal , agar masyarakat bergairah untuk menabung, perlu ada rangsangan yang menarik. Karena itulah, kelompok BCA membikin Tahapan. Kenapa hadiahnya besar? Masyarakat kita penghasilannya kan masih kecil. Katakanlah Anda punya Rp 100 ribu. Kalau mau menabung, baru pergi ke bank yang jauhnya 4-5 kilometer atau bahkan lebih. Itu memerlukan biaya dan waktu. Karena bunganya tidak berarti, maka orang pun malas menabung, and then menyimpan duitnya di bawah bantal. Karena itu, diperlukan perangsang. Tapi karena kita tak bisa memberikan bunga yang tinggi, kita beri insentif berupa haiah yang besar lewat undian. Dengan begitu, gairah menabung akan besar. Bunganya mungkin tidak berarti, tetapi hadiahnya yang dikejar. Ada yang menuduh Tahapan itu semacam perjudian. Komentar Anda. Saya menyesalkan tuduhan semacam itu. Itu kan hanya jealus saja. Kalau judi kan jelas artinya, kalau tidak untung ya kalah. Tapi banyak kalahnya. Sedangkan menabung di Tahapan, duitnya tidak hilang dapat bunga plus dapat bonus hadiah. Lha. nalarnya bagaimana, Tahapan kok digolongkan sebagai judi. Kan sama saja dengan bank pemerintah. yang lewat Tabanas memberikan hadiah. Prinsip sama, cuma Tahapan hadiahnya lebih besar. Kalau itu dikatakan tidak profesional, berarti bank pemerintah juga tidak profesional. Kalau melihatnya tidak dengan kaca mata kelir (berwarna - Red.), semua orang pasti sependapat dengan model Tahapan. Apakah ide orisinil rahapan berasal dari Pak Mochtar? Itu bukan orisinil ide saya. Saya tidak profesional untuk itu. Saya hanya sekadar menjiplak apa yang dilakukan bank-bank sukses di negara lain yang maju. Di Singapura, misalkan, ada bank yang meransang dengan hadiah Rp 1 milyar. Ada kesan, kelompok BCA mau monopoli lewat Tahapan. Benarkah? BCA tak bermaksud menang sendiri. Tak selintas pun ada pikiran untuk memonopoli BCA tak punya kemampuan untuk itu. Kemampuan saja tak ada, apalagi bermaksud monopoli. Kami ini juga memikirkan rekan-rekan. Saya sarankan agar bank-bank yang lain juga mengikuti jejak kami. Bahkan di depan anggota Perbanas (dalam pertemuan Selasa 30 Mei), saya tawarkan kepada semua bank, silakan kalau mau bergabung dalam Tahapan. Kami welcome. Sekarang ini Tahapan dikelola empat bank, tapi kalau bank lain mau ikut, justru lebih baik. Soal share dalam memberikan hadiah, kan bisa dirundingkan. Banyak model tabungan ditawarkan oleh bank. Apa itu baik? Lewat Tahapan, sebenarnya saya hanya menggelindingkan bola ke BI (Bank Indonesia). BI-lah yang saya harapkan membuat sistemnya lebih lanjut. Kalau bisa, justru BI yang mengkoordinasikan tabungan berhadiah itu. Okelah, jenis tabungannya hanya ada satu: Tabanas. Tabanas kan bisa diikuti semua bank. Cuma hadiahnya harus lebih besar. Agar lebih merangsang gairah menabung masyarakat. Langkah itu akan bagus daripada setiap bank punya model sendiri-sendiri. Kalau model tabungannya sendiri-sendiri, BCA bisa memberi hadiah Rp 100 juta, tapi bank kecil kan tidak mampu. Tapi kalau BI bisa menciptakan sistem Tabanas yang menarik, penggalangan dana akan tercapai, dan itu tak akan membahayakan yang lain. Apakah potensi dana masyarakat memang besar? Potensi itu cukup besar. Masih banyak dana masyrakat yang disimpan saja di bawah bantal. Potensi itu sekitar Rp 3 trilyun setahun. Itulah yang harus diincar perhankan. Kalau kemudian gairah menabung meledak, BCA kan repot jika mesti menampung dana itu sendirian. Menyedot dana itu kan ada batas-batasnya. Karena itu, perlu adanya gotong-royong dari seluruh sistem perbankan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo